18. Menemani

6.9K 989 106
                                    

Aku mengusap keringat di kening dengan perlahan, kaki dan tanganku gemetar bahkan kepalaku benar-benar terasa sangat pusing sekali.

Entah sudah berapa kali aku berlari ke toilet sejak pagi buta tadi, perutku benar-benar sakit seakan ditarik dengan paksa. Itu karena rasa mual yang terus terjadi namun sama sekali aku tidak memuntahkan apa pun.

Ketika lagi-lagi mual itu datang, aku merasa tengkuk leherku diusap dengan lembut hingga turun ke punggung.

Membuatku menoleh pelan, menatap seseorang yang terlihat sangat khawatir di belakangku.

"Atsumu-kun, kau belum berangkat?"

Suamiku hanya menggeleng.

Tangan yang semula mengusap punggungku perlahan melingkar di pinggang merangkul dengan hati-hati, sedangkan sebelah tangannya lagi menautkan pada jemariku untuk menuntun.

Setelah keluar toilet aku memutuskan untuk duduk di tepian ranjang, dengan suamiku yang berjongkok di hadapanku. Ia terus menggenggam tanganku dengan erat, sesekali mengelusnya lembut.

Wajah suamiku terlihat sangat khawatir, tatapan matanya bahkan terus menatapku dengan begitu sendu.

"Wajahmu sangat pucat, sayang. Aku akan mengambil libur hari ini untuk menemanimu."

Sejujurnya, aku merasa sangat tidak enak.

Mengalami morning sickness yang sangat parah membuatku hampir hanya bisa terbaring di ranjang dan sulit beraktifitas seperti biasanya. Membuat suamiku terkadang terlambat pergi latihan atau mengambil libur dadakan seperti saat ini.

"Tidak perlu, aku tidak apa-apa, Atsumu-kun."

Suamiku kembali menggeleng, ia mengusap sebelah pipiku dengan lembut.

"Aku tidak akan pergi. Aku akan di sini menemanimu, dan tentu saja si kembar anak kesayangan kita!"

♡♡♡

SUAMI : Miya Atsumu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang