Melalui izin suamiku untuk melakukan operasi caesar, kini aku sudah berada di ruangan operasi dengan banyaknya alat medis yang mengelilingi.
Sesekali aku melirik kiri dan kanan, memperhatikan para perawat dan Dokter yang sedang menyiapkan segalanya.
"Tuan Miya itu suami yang baik, ya?"
Aku mengangguk, perlahan tersenyum pada Dokter yang kini berdiri di sampingku.
"Tadi beliau memaksa untuk ikut masuk ke dalam, tapi maaf ya, kebijakan Rumah Sakit memang tidak bisa dilanggar."
Ya itu benar, aku bahkan sampai mendengar suamiku yang sedikit berteriak ketika memaksa agar dirinya bisa ikut menemaniku operasi. Namun beberapa Rumah Sakit memanglah memiliki aturan yang tidak bisa dilanggar, dan kebetulan Rumah Sakit yang kami tempati saat ini tidak bisa memberikan izin orang lain berada di dalam ruangan ketika melakukan operasi.
Dan sepertinya, suamiku tadi sempat memarahi beberapa perawat di luar sana karena tidak bisa menemaniku.
"Sudah siap?"
Aku mengangguk.
"Siap, Dok!"
Semua pikiran di kepalaku mendadak kosong, yang ada hanya keinginanku agar anak kembar kami lahir dengan selamat.
Ketika lampu menyorot begitu menyilaukan, di saat itu pula aku mengerti jika para perawat dan Dokter sedang berusaha membedah tubuhku demi menyelamatkan sang bayi yang sudah siap menyambut dunia.
Kadang aku berpikir, bagaimana bisa obat bius bekerja begitu baik dan membuat tubuh tak merasakan apa pun?
Bahkan ketika pisau bedah itu membuka perutku, aku sama sekali tidak merasakan apa pun.
Dunia medis memang hebat, pikirku!
Entah sudah berapa lama operasi ini berlangsung, efek obat bius perlahan berangsur membuatku mengantuk. Kedua mataku terasa berat, namun aku masih bisa mendengar tangisan bayi kembarku yang akhirnya lahir dengan selamat.
"Selamat Nyonya, kedua bayi Anda sehat sekali!"
Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar sebelum tak sadarkan diri karena efek obat bius total agar bisa istirahat setelah operasi ini.
Dan ketika aku tersadar, yang pertama kali kulihat adalah wajah suamiku dengan mata sembabnya di sana. Lalu ada Osamu, yang sepertinya dihubungi oleh suamiku untuk menemaninya.
"Syukurlah, akhirnya kau sadar juga, sayang ..."
"'Tsumu menangis, dia sangat mengkhawatirkanmu."
Aku tersenyum, hendak mengusap air mata suamiku namun seluruh tubuhku tidak bisa digerakan karena obat bius yang masih bekerja.
"Aku ingin melihat si kembar."
"Kau akan segera melihatnya sayang, mereka sangat menggemaskan sekali!"
Tepat ketika suamiku berkata begitu, perawat membawa ranjang bayi dengan senyuman yang begitu ramah.
"Silahkan Nyonya, bayi kembar yang sangat sehat sekali!"
Aku mengangguk.
"Terima kasih!"
Perawat itu berlalu, membuatku segera melirik ingin sekali menimang kedua anakku. Tapi apalah daya, bergerak saja belum bisa.
"Atsumu-kun, ayo gendong dan bawa kemari! Aku ingin melihat mereka!"
Suamiku mengangguk, ia menggendong dengan hati-hati salah satu dari si kembar dan membawanya padaku.
Wajahnya tiba-tiba memerah, kedua matanya kembali berkaca-kaca ketika ia menggendong bayi mungil kami di sana.
"Gemes banget! Sayang lihat, dia mirip denganku!"
"Oi! Bawa yang satunya lagi juga bodoh!"
"Kau bawa yang satunya lagi, aku belum bisa menggendong keduanya!"
Aku hanya menggeleng pelan, sesekali melirik pada suamiku dan Osamu yang kini ikut terlibat menggendong salah satu dari si kembar juga.
Melihat mereka entah kenapa aku jadi ingin tertawa sekarang.
"Sayang, kenapa kau menahan tawa seperti itu?"
Aku kembali menggeleng pelan, namun tawaku akhirnya tidak bisa kutahan lagi ketika pikiran jahilku kembali datang.
"Aku hanya merasa seperti memiliki dua suami!"
"Oh--- HEEE?!! 'SAMU PULANG KAU SIALAN!"
"KAU SENDIRI YANG MENYURUHKU DATANG KEMARI BODOH!"
Akhirnya, tetap saja mereka ribut meskipun ini berada di Rumah Sakit.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI : Miya Atsumu ✔
Fanfiction【 SUAMI SERIES #03 】━━ ❝Pria bersurai pirang itu suamiku, Miya Atsumu.❞ © HAIKYUU, HARUICHI FURUDATE © DACHAAAN, 2021