43. Cubit lagi

3.6K 651 63
                                    

"Mama!"

Aku melirik, berusaha memberikan senyuman terbaik ketika menatap si kembar yang memegang ujung baju dengan tatapan sendu.

Sebelah tanganku masih menutup mulut mencoba menahan mual, sedangkan sebelah tangan lagi mengusap kepala si kembar bergantian.

"Yuk main lagi!"

Aito menggeleng cepat, ia mengulurkan tangan meminta untuk digendong olehku.

Tanpa berucap apa pun aku langsung menggendongnya, kemudian mengecup keningnya dengan sayang.

"Atit?" Ucapnya sambil memiringkan kepala.

"Tidak sayang, Mama hanya kelelahan sepertinya."

Akio yang berdiri memperhatikan sejak tadi kini memegang tanganku lembut, jemari kecilnya menarik tanganku untuk berjalan menuju sofa dan menunjuk agar aku terduduk.

Kepalanya bergerak seperti mencari sesuatu, ketika melihat handphone di atas meja kedua tangannya langsung mengambil benda pipih itu dan memberikannya padaku.

"Pon Papa!"

Aku menggeleng pelan.

Namun belum sempat berucap, rasa mual kembali terasa dan membuatku langsung menurunkan Aito dari gendongan untuk berlari cepat menuju toilet. Membuat si kembar ikut berlari mengikuti, kini mereka terdengar terisak karena melihatku yang berusaha mengeluarkan seluruh makanan di dalam perut.

"Huuaa Mama!" Ucapnya bersamaan.

Mereka terlihat berkaca-kaca ketika menatapku, jujur saja aku sendiri merasa tidak tega jika harus membiarkan mereka main sendiri karena aku yang tidak enak badan.

Ketika masih berada di toilet, suamiku yang baru saja pulang ke rumah terdengar memanggil cukup keras. Ia bahkan berlari cepat karena mendengar isak tangis si kembar di toilet.

"Astaga! Kenapa? Ada apa?!"

Aito melirik, tangan kecilnya menunjuk padaku.

"Mama! Atit!"

Suamiku langsung menatapku dengan lekat, sebelah tangannya terulur untuk memegang kening dan mengusap keringat di pelipisku dengan lembut.

"Kakak, ayo ajak adik bermain dulu, ya?"

Meski baru berumur 3 tahun, Aito memang sosok Kakak yang mengerti dalam keadaan apa pun. Tangan kecilnya menuntun Akio yang masih terisak pelan, membawa sang adik untuk bermain dan tidak ikut mengkhawatirkanku lagi.

Melihat si kembar sudah melangkah pergi, suamiku segera merangkul bahuku dengan lembut. Sebelah tangannya menggenggam dengan erat, mencoba menopang tubuhku yang gemetar hingga cukup sulit berjalan.

"Sayang, kenapa? Pusing? Atau ada hal lain yang terasa?"

Mendengar itu, aku hanya bisa bersandar di bahunya dengan helaan napas berat. Sebelah tanganku menusuk-nusuk telapak tangan suamiku, sesekali mencubitnya dengan gemas.

"Mual." Gumamku.

"Mau dibuatkan teh hangat?"

Aku menggeleng pelan.

"Lalu, ingin apa? Nanti Papa belikan."

Aku kembali menegakkan tubuh, menatap suamiku yang ternyata sudah menatap lebih dulu.

Sesaat aku menunduk, memainkan kedua telunjuk dengan malu-malu.

"Ingin cubit pipi Osamu-kun, lagi."

"HEEE?!!"

♡♡♡

SUAMI : Miya Atsumu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang