19. Cubit

6.7K 989 200
                                    

Kring!

"Selamat datang di--- ah? Saudara iparku yang cantik ternyata!"

"Hai, Osamu-kun!"

Hari ini aku dan suamiku berkunjung ke kedai onigiri milik Osamu.

Melihat kedatanganku ia langsung tersenyum dan menarik satu kursi untuk mempersilakanku duduk dengan nyaman, berbeda dengan suamiku yang diabaikan untuk tetap berdiri sendirian di ambang pintu masuk dengan wajah yang benar-benar kesal.

Matanya menatap tajam, kedua tangannya dilipat depan dada, kakinya bahkan sesekali menendang pintu masuk.

Suamiku masuk dalam mode ngambek, itu karena aku yang merengek ingin bertemu dengan Osamu.

"Padahal, jika mengidam onigiri aku bisa mengantarkannya ke rumah, tidak perlu repot datang kemari." Osamu tersenyum manis.

Aku menggeleng, mengisyaratkan Osamu untuk mau duduk di sebelahku.

Ia hanya mengangguk, menggeser sedikit kursi yang ia duduki menjadi lebih dekat denganku.

"Aku bukan ingin onigiri, Osamu-kun."

"Jadi, si kembar menginginkan apa dari Pamannya yang tampan ini, hmm?"

Aku tersenyum lebar, sedikit memajukan kursi yang sedang kududuki menjadi lebih dekat dengan Osamu.

Membuatnya mengerjap, terlihat sekali ia menahan napasnya karena jarak kami yang terlalu dekat.

"Osamu-kun, aku ingin ..."

"I-ingin ... a-apa?"

Kedua tanganku terangkat, menangkup kedua pipinya di sana dengan lembut.

Bahkan wajah jarang bereskpresi itu kini berubah merah padam, Osamu menggigit bibir bawahnya kuat.

"Ingin mencubit kedua pipimu! Boleh, kan?"

"E-eh?!"

Aku menatapnya dengan puppy eyes, membuatnya mengangguk dengan sangat pelan.

"Yeaay!!"

Setelah mendapat persetujuan Osamu, kedua tanganku langsung mencubit pipinya dengan gemas.

Astaga! Mencubit pipi saja benar-benar membuatku sebahagia ini.

Namun, di sela kegiatan mencubit pipi, kami mendengar suara gaduh di luar sana. Ketika melirik, ternyata banyak sekali gadis dan wanita yang berteriak dengan begitu histeris.

Meneriakkan nama suamiku, Atsumu.

"Lihatlah, ini pasti ulah suami kuningmu!"

Benar.

Di luar sana suamiku terlihat sedang berpromosi jika membeli banyak onigiri maka akan mendapatkan foto dan tanda tangannya, membuat kedai mendadak penuh dan ramai pengunjung.

Mau tidak mau Osamu harus menangani semuanya dan pergi meninggalkanku.

Namun belum sempat aku melarang, hawa hitam sudah terasa mencekam di belakangku. Membuatku merinding, terutama ketika suara berat itu berbisik di telingaku.

"Sayang, ayo kita pulang. Aku rindu menengok si kembar di dalam sana!" Bisiknya.

Ya ampun!

Kembar, ini sangat gawat, nak!

♡♡♡

SUAMI : Miya Atsumu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang