3 ✓

1.6K 165 2
                                    

VOTE NYA DULU KAWAND
Selamat membaca ᕙ( • ‿ • )ᕗ


Rayn melihat sekilas ke arah gadis yang berdiri di sebelahnya. Pria itu menaiki sepeda kemudian berkata, "Naik."

Gadis itu sangat gugup mengingat ini pertama kalinya dia bisa berboncengan dengan Rayn.

Tanpa basa-basi gadis itu langsung menurut dengan naik di kursi boncengan. Bibirnya bergetar tanpa alasan, padahal hanya ingin mengatakan "iya" untuk membalas perintah Rayn.

Jika dilihat dari belakang, Rayn memiliki punggung yang lebar. Kata para gadis, punggungnya menggiurkan.

Sepertinya akan nyaman berada di pelukan Rayn.

—tunjuk jari yang mau dipeluk Rayn! >.<

"Pegangan," titah pria itu lagi.

Vi tidak berani melingkarkan tangan di pinggang pria itu. Jadi hanya sejimpit bajunya saja yang dia jadikan pegangan.
Setelahnya, Rayn mulai menjalankan sepedanya menuju kampus.

Sejak tadi jantung gadis itu berdetak jauh lebih cepat. Napasnya tidak beraturan. Dia bisa mencium aroma badan Rayn dari dekat. Dia sangat wangi dengan aroma air laut yang menyegarkan.

10 menit perjalanan berlalu tanpa obrolan, mereka sampai di kampus.

Sejak memasuki gerbang, semua mata memandangi mereka. Dan sebentar lagi si mulut comel pasti akan membincangkan tentang hal ini. Mengingat baru pertama kalinya mereka berangkat bersama.

Tidak heran, Vi ibarat lucky fans yang bisa dekat dengan Rayn yang notabenenya dingin terhadap manusia. Dari mata para gadis saja ada kecemburuan besar yang tampak.

Namun sudah banyak yang mengetahui hubungan pertemanan Vi dengan Rayn. Jadi tidak mungkin gadis itu akan dibully nantinya. Karena status mereka yang sebatas teman.

Rayn menghentikan lajunya setelah sampai di parkiran khusus sepeda. Dia melihat ke belakang, dimana gadis itu masih duduk di boncengannya.

Vi sedikit kikuk ketika melihat Rayn memperhatikan langkahnya sebelum turun dari sana.

Sisi Rayn yang seperti ini baru pertama kali dia ketahui. Rayn layaknya pria misterius dengan seribu sifat.

Setelah turun gadis itu memulai topik pembicaraan agar kecanggungan di antara keduanya sirna. "Makasih tumpangannya, sering-sering aja ya," canda Vi dengan kekehan kecil di akhir.

Vi melihat wajah Rayn yang tetap datar. Seperti tidak berniat membalas ucapannya. Ya. Rayn memang seperti itu. Namun stok kesabaran Vi masih banyak untuknya. Jadi mau bagaimanapun dia, sifatnya, acuhnya, gadis itu akan senantiasa bersamanya.

Tak berselang lama Rayn berdehem dengan deep voice miliknya.

bukankah artinya dia setuju?

Selanjutnya Rayn pergi duluan meninggalkan Vi di belakang. Gadis itu tersenyum tipis, pikirannya masih terbayang sikap gentle Rayn kepadanya tadi.

RAYN

Pukul 09.00

Kelas dimulai, disusul kedatangan dosen pria paruh baya berkepala pelontos. Pak Bambang namanya.

"Semua duduk, dan mari kita mulai pembelajaran hari ini," tuturnya.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang