31. Bertemu

659 70 3
                                    

Tengah malem update masa iya gamau vote :(

Absen dulu kalian baca jam berapa?

Pagi ini pukul 08.00 terasa lebih dingin dari biasanya. Langit menampakkan awan hitam dan menyembunyikan matahari dalam dekapannya.

Di kediaman Atmaja, pria tua itu sedang berbincang dengan sang istri yang terlihat khawatir sejak kepergian Rayn kemarin. Mereka tidak tahu dimana anaknya kini berada. Raut wajah cemas tercetak jelas di wajah keduanya.

"Aku menyesal... selama ini aku tidak memikirkan Rayn."

"Dia pantas membenciku yang tidak pantas disebut dengan kata ayah," tutur pria itu.

Bu Vani mengelus punggung suaminya. "Yang lalu sudah terjadi. Sekarang tinggal membawa Rayn kembali."

Pria itu beralih mengambil sebuah kunci mobil yang tergeletak di atas nakas.

"Aku akan cari Rayn," ucapnya.

Bu Vani mencegat dengan menggenggam erat tangan sang suami. "Berhati-hatilah, aku takut anak buah Pak Kris..." menggantungkan kalimatnya.

Pak Atmaja tersenyum sekilas. "Kalau aku tidak kembali. Kamu harus janji untuk menjaga bukti yang aku sembunyikan."

Perkataan suaminya kini menjadi sebuah kerisauan. Mendengarnya berkata 'kalau aku tidak kembali' membuat hati Bu Vani tidak karuan. Pak Kris adalah orang besar, relasinya dimana-mana. Orang sekecil suaminya akan dengan mudah dihabisi.

"Kita akan menjaganya bersama... dan menjebloskan Kris ke dalam penjara. Jadi kamu harus kembali!"

Tiba-tiba air mata menumpuk di pelupuk mata wanita paruh baya itu. Dia benar dirundung kegelisahan. Rasa tidak aman dan terancam terus terbayang sejak tadi malam.

Pak Atmaja meraih tangan istrinya. Mencium punggung tangannya. "Sudah lama aku tidak berlaku manis ke kamu."

"Maafkan keegoisanku selama ini."

Bu Vani yang mendengarnya semakin tak kuasa membendung air mata hingga akhirnya dia terisak dalam keheningan rumah.

"Aku juga minta maaf. Selama ini aku acuh, aku juga tidak pantas disebut sebagai seorang ist–"

Pak Atmaja menghentikan ucapan Bu Vani dengan menempelkan jari telunjuk kanannya ke mulut wanita itu.

"Yang terpenting sekarang adalah mencari Rayn. Kita harus meminta maaf kepada anak itu," ucap Pak Atmaja dengan senyuman lebar.

Bu Vani mengangguk mendengarnya. "Bawa Rayn dan dirimu kembali ke rumah..."

Pak Atmaja mengangguk. Dan dengan berat hati Bu Vani mengijinkan suaminya pergi.

Tubuh pria itu menghilang dari balik pintu.

"Tuhan. Selamatkan suami dan anakku..."

•••

Dengan menaiki taksi Vi pergi sendirian ke kampus. Setelah perdebatan panjang dengan ibu negara, akhirnya dia bisa lolos juga. Alasan sebenarnya dia sangat ingin ke kampus selain mengambil alat lukis adalah menenangkan diri.

Di kampus, ketika hari sedang libur banyak orang menjadikannya sebagai tempat merenung terbaik karena luas dan sunyi.

Vi masih sedikit kacau dengan mata panda nya. Setelah menangis sehari penuh membuat matanya cukup lelah.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang