15 ✓

967 96 4
                                    


Di part ini banyak kata-kata kasar jadi mohon pengertiannya, ambil yang baik-baiknya aja ya :)

VOTE NYA DULU KAWAND
SELAMAT MEMBACA
ᕕ( ᐛ )ᕗ

Axel merintih kala genggaman tangan Nadeva begitu kuat mencengkeram lengan kanannya. Tak lama kemudian Nadeva melepaskan tangan Axel setelah berada di tempat yang cukup sepi.

"Kenapa si Dev?" Tanya Axel meminta penjelasan.

Nadeva berdecak. "Kenapa?" memberi jeda, "Lo mikir nggak sih kita itu udah putus, jadi jangan sok kenal deh sama gue!" Bentak Nadeva penuh penekanan di akhir.

Axel tertawa sinis. "Emang kalo udah putus gaboleh nyapa?"

"Lo nantangin gue? Udah bosen hidup?" ancam Nadeva sembari mengarahkan kepalan tangan kananya ke depan dagu pria itu.

Axel menolehkan wajahnya ke samping kiri. "Lo begini karena dulu gue selingkuh?" Tanyanya enteng tanpa rasa bersalah.

Nadeva berdecak. "Ck, Jijik gue dengernya."

"Terus kenapa lo se-sensi ini sama gue?"

"Gue cuma gasuka liat cowok gapunya malu kayak lo!"

"Dev, lo lupa? Kita sama-sama nggak punya malu. Gue tau lo juga selingkuh, jangan sok suci deh," ketus Axel.

"Apa lo bilang?! Jelas-jelas lo yang selingkuh, jalan sama cewek pake ciuman segala lagi, cih." Nadeva beralih pura-pura menyemburkan ludah.

"Gue juga liat lo jalan sama cowok, masuk hotel," balas Axel tanpa ampun.

"Lo pikir gue serendah itu? Jangan asal mangap lo! Emang sih gue bandar cowok di kampus ini, tapi gue nggak sesampah itu!" Pungkas Nadeva.

"Gue punya mata Dev! Mana mungkin yang gue lihat arwah lo!" Sahut Axel tak mau kalah.

"Lo nggak usah ngada-ngada! Padahal lo sendiri yang bersalah!" Bantah Nadeva.

Axel berdalih mengacak rambutnya kesal. "Ini yang bikin gue capek sama hubungan kita Dev, lo gapernah mau ngalah!" jelas Axel dengan sedikit emosi.

"Ngalah? Untuk hal yang nggak seharusnya gue diemin? Ogah!" Tanpa menggubris ucapan Axel lagi, Nadeva beralih pergi meninggalkan pria itu.

"Beruntung gue putus dari lo!" Teriak Axel bergema di sepanjang koridor.

"Sh*t," Nadeva mengangkat jari tengahnya untuk membalas teriakan Axel.

Hal yang paling sulit dipertahankan setelah menjalin hubungan adalah kepercayaan.

-RAYN-

Rayn menatap canggung ke arah Vi yang menjadi bungkam sejak Nadeva pergi. Karena bahasan tadi, gadis itu bahkan tidak bisa berkata sedikitpun. Menatap ke arah Rayn saja ia tidak berani.

Rayn meneguk salivanya kemudian mulai bicara, "Maksud Deva tadi apa?"

Vi sontak kikuk hingga ikut meneguk saliva setelahnya, "Soal.. apa?" Jawabnya terbata.

"Ciuman."

Kini bayangan buruk itu tiba.

Vi beralih menggaruk punggung lehernya yang tak gatal. "Nggak usah dipikirin, bukan apa-apa kok."

"Tapi, Deva bilang kita ciuman," ucap Rayn meminta penjelasan.

"Kan aku udah bilang Deva lagi mabuk, jadi jangan dipikirin lagi ya soal itu," gadis itu tersenyum canggung di akhir kalimat.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang