36. Syarat

598 64 3
                                    

Banyak kata kasar, bijaklah dalam membaca :)

"Laura?" batin Vi.

Kris tersenyum dengan sudut kanan bibir yang terangkat. "Serahkan bukti itu sekarang mumpung saya masih bicara baik-baik."

Rayn tersenyum. "Bajingan seperti anda pantas dipenjara–"

PLAKKK

Sebuah tamparan keras mengenai pipi kiri Rayn.

Kris menarik kembali dagu Rayn. "Anak kecil sepertimu tau apa hah? Jangan banyak bicara atau kedua wanita itu akan kehilangan nyawanya!" Bentak Kris sembari menunjuk ke arah Vani dan Vi.

Vani kembali tersadar setelah beberapa menit dia dikuasai obat bius. Perlahan matanya mengerjap karena pandangannya masih kabur.

Wanita itu mendapati sosok Rayn yang duduk berhadapan dengan pria yang familiar baginya.
Dia berusaha memberontak setelah mengetahui tangan dan kakinya terikat.

"Tante?" celetuk Vi dengan suara lirih.

Vani menoleh ke sumber suara. "Vi?"

"Kris! Lepaskan kami!" Teriak Vani bergema di seluruh ruangan membuat pria bernama Kris itu sontak menolehkan pandangannya.

"Ibu..." gumam Rayn pelan.

Kris beranjak dari jongkoknya. Dia berjalan ke arah wanita paruh baya yang memanggil namanya. "Kamu sudah sadar rupanya, cantik." Kris menundukkan badannya menyetarakan tinggi wanita di hadapannya kini.

"Dasar bajingan!" umpat Vani setelah Kris menggodanya dengan sebutan 'cantik'.

PLAKKK

"BERENGSEK! JANGAN SENTUH NYOKAP GUE!" Seru Rayn dengan berontak hebat. Namun preman yang memegangnya terlalu kuat hingga dia tidak bisa bebas dari itu.

Kris menyatukan jari telunjuk kanannya dengan bibir. "Ssstttt."

"Vani, sekarang pilihannya hanya ada dua. Serahkan bukti itu ke saya lalu kalian bisa bebas, atau kalian mati bersama di ruangan ini."

Vani bergeming, manusia jahat yang berada di depannya benar-benar beringas. Salah-salah dia mengambil keputusan, bukan hanya nyawanya yang terancam namun nyawa Rayn dan Vi juga ikut terancam.

"Berengsek kamu!" Bentak Vani.

Kris tersenyum sinis. "Aku memang berengsek sayang. Tapi... apa kamu lupa dulu kamu tunduk karena uangku Vani."

Vani kembali bergeming, masa lalu yang pahit itu terus membuatnya merasa bersalah kepada Rayn dan Atmaja. Bahkan dulu dia pernah menjadi wanita simpanan Kris jauh sebelum Atmaja menjalin kerjasama dengan laki-laki berengsek itu.

"Jangan pernah ungkit masa lalu!"

Kris tersenyum. "Baiklah, lagipula yang aku butuhkan saat ini adalah bukti itu bukan dirimu. Jadi CEPAT SERAHKAN!"

"Gue yang bawa bukti itu," sahut Rayn yang kemudian membuat semua orang menoleh ke arahnya.

Kris menegapkan badannya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Rayn!" seru Vani sembari menggelengkan kepalanya.

"Bocah tengik, berikan secara baik-baik atau saya akan menyuruh preman itu untuk mengambilnya!"

"Ada satu syarat untuk itu," celetuk Rayn. Dengan sigap Kris menarik kerah baju Rayn dengan kasar.

"Jangan banyak bicara! Cepat serahkan atau..." Kris mengarahkan sebuah pistol yang baru saja dia ambil tepat ke arah Vi yang sedari tadi diam di tempatnya karena tidak tahu menahu perbincangan saat itu.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang