18. Nadeva kemana?

776 75 1
                                    

Pukul 08.55

Kami berada di dalam kelas karena sebentar lagi sudah masuk waktunya pembelajaran. Tapi mataku menelisik dimana sosok Deva tidak kujumpai di ruangan ini.

"Kamu nyari siapa?" Tanya Rayn kepadaku hingga aku berhenti mencari.

"Deva, udah jam segini dan dia belum dateng," kataku khawatir.

•••

NADEVA'S POV

"Mampus, gue telat." Gerutu Deva di sepanjang jalan.

Sembari menuntun motornya setelah tak sengaja menginjak paku yang mengakibatkan ban belakang motor bocor. Padahal ban motor itu baru beli kemarin. Sebenarnya mudah saja bagi dia memanggil ojek online. Tapi Deby (nama motornya) tidak bisa ditinggalkan sendirian disini. Dengan kondisi jalanan yang cukup ramai, tentu tidak akan aman.

"Gapapalah bolos," gumamnya.

Tak berselang lama, sebuah motor melesat melewatinya dengan jarak dekat hingga membuat rambut bob Deva berkibasan ke depan.

"WOY! Nyari mati lo?!" Teriak Deva setelah pemilik motor barusan berhenti di depannya.

Seorang pria dengan postur tubuh yang cukup familiar bagi Deva.

Setelah pria itu melepaskan helm nya, barulah Deva tau siapa orang yang hampir menyerempetnya.

"Haii sayang?" Celetuk Axel sembari melambaikan tangannya menyapa.

Deva memalingkan pandangannya, "Beneran bosen hidup ni orang," gumam Deva sembari menstandart kan motornya.

Axel tersenyum sinis ketika Deva perlahan berjalan mendekatinya.

Saat jarak mereka tidak lebih dari lima kaki, Deva meraih kerah baju Axel kemudian merapikannya, "Udah gue bilangin jangan sok kenal sama gue," bual manis Deva.

Axel meraih tangan Deva yang berada di kerah bajunya, "Gue nggak pernah janji," ucapnya.

Deva tersenyum sekilas kemudian melepaskan tangannya dari genggaman Axel, sepersekian detik kemudian sebuah pukulan dia lontarkan hingga mengenai pipi putih milik Axel.

"Aarrghh," rintih Axel kala pipinya terasa panas akibat tonjokan mantan pacarnya itu.

"Gue bisa lakuin hal yang lebih menyakitkan dari ini," ancam Deva. Bagaimana tidak, berandalan seperti Axel adalah manusia paling menjengkelkan baginya. Dalam kamus percintaan Nadeva, putus yang putus. Tapi tetap saja Axel mendekatinya tanpa ada pemikiran bahwa hubungan mereka sudah kandas. Padahal terakhir kali Axel bilang dia beruntung putus dari Deva.

Axel tersenyum menghadapnya, "Lakuin aja Dev, gue masih candu lihat lo."

"Lo ngga waras ya?" Deva beralih kembali ke motornya, dia merasa menanggapi manusia seperti Axel hanya membuat lelaki itu semakin berani.

"Berangkat bareng gue aja Dev!" Teriak Axel.

Kembali Deva mengacungkan jari tengahnya, "Basi lo!" Teriak Deva membalas.

Saat Deva akan melanjutkan perjalanan, sebuah mobil ikut berhenti di depannya. Mobil sport berwarna putih yang asing baginya.

Setelah itu seorang pria turun dari tempat sopir. Sosok yang cukup familiar tapi samar di ingatan. Berkulit sawo matang dengan postur tubuh tegap dan tinggi.

Pria itu berjalan mendekati Deva sembari melepas kaca mata yang dia kenakan, "Hai Dev."

"Lo siapa?" Tanya Deva.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang