6 ✓

1.1K 108 3
                                    

VOTE NYA DULU KAWAND
SELAMAT MEMBACA ᕙ(  • ‿ •  )ᕗ

Brakkkk

"Vi!" Teriakan kencang dengan suara yang familiar menggelegar dari arah pintu kamar yang baru saja dibuka dengan kasar.

Mendengar namanya terpanggil sontak gadis itu menoleh tepat ke arah sumber suara. "Ibu?"

Ratna berdiri di ambang pintu dengan tangan yang terlipat di depan dada. Wanita paruh baya itu berjalan ke arah putrinya yang masih duduk dengan posisi sama di atas ranjang. Dengan wajah datar yang galak, Vi dibuat takut kala melihatnya.

"Kamu nggak liat ini jam berapa?" tanya Ratna dengan nada di manis-maniskan.

"Hehehe liat bu," jawab Vi dengan kekehan kecil.

Ratna beralih tersenyum lebar kemudian mulai mendekat ke arah Vi dengan jarak yang lebih dekat dari sebelumnya. "Kalau udah tau ini jam berapa, kenapa teriak-teriak kayak lagi di hutan?!" Sekilas wajah manis itu berubah menjadi wajah harimau mengamuk.

Vi kaget tepat setelah mendengar kalimat terakhir yang ditekan lebih kencang. Selain pelit Ratna juga seorang ibu yang galak, bukan galak dalam hal negatif melainkan dirinya ingin mendisiplinkan putri semata wayangnya. Dia mantan atlet taekwondo saat sekolah menengah. Jadi tak heran sikapnya sedikit manly.

"Maaf Bu," ucap Vi dengan lirih.

Ratna terdiam setelah mengangguk pelan atas permintaan maaf Vi. Sekilas matanya menelusuri dimana ada sebuah kotak kado yang sudah dibuka tepat di sebelah Vi.

"Kamu beli gelang baru?" Mengalihkan pandangan ke kotak kado.

"Enggak, dari temen," elak gadis itu dengan gelengan kepala untuk meyakinkan.

"Ibu tadi liat kamu pulang bareng Rayn anaknya pak Atmaja."

Degg.

Pertanyaan simpel ini terasa menegangkan saat ibu yang bertanya.

–setuju nggak nih, kawand?

"Iya, daripada naik bis."

"Bagus kalo gitu, kamu udah lama jomblo. Kelihatan nggak laku nya," ledek Ratna to the point. Kata-katanya begitu relate namun menyakitkan.

"Apaan sih Bu, aku itu bukannya nggak laku, ya cuma mau fokus kuliah dulu," elak Vi dengan segala ekspresi meyakinkan.

"Yang penting nggak aneh-aneh, ibu gak mau kamu pacaran sama cowok nakal," jelas Ratna.

Vi hanya mengangguk mengiyakan. Rasanya dia sendiri tidak yakin orang seperti apa Rayn itu. Yang terlihat hanyalah kesan pria dingin dengan sifat yang manis dan perhatian pada beberapa situasi.

Ratna keluar dari ruangan itu dengan torehan senyum yang tercetak indah di wajahnya tepat setelah melihat gelang yang sudah melingkar manis di pergelangan tangan kiri putrinya. Vi sangat yakin Ratna pasti tahu gelang ini pemberian siapa.

RAYN

Sinar matahari mulai merasuki celah jendela kamar, namun Vi masih setia bergulung di bawah selimut yang kata orang surga dunia itu. Alarm ponselnya sudah berbunyi ketiga kali pada pukul 07.15, dimana seharusnya gadis itu sudah selesai mandi dan bersiap.

Jemari lentik Vi hanya bergerak mencari sumber suara kemudian mematikan penanda alarm, dan tentunya dia kembali tidur setelah itu.

Ponsel itu berbunyi kembali dengan suara notifikasi yang berbeda. Bukan notifikasi alarm melainkan notifikasi sebuah pesan masuk. Perlahan gadis itu mengajak tubuhnya bergerak dari balik selimut. Jemari lentik itu kembali meraba sekeliling. Dan berhentilah gerakannya saat sudah memegang benda keras berukuran 5 inch yang dia cari.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang