35. Calon Mertua?

652 54 1
                                    


Rayn berhenti sejenak di perempatan jalan kota, dimana kantor polisi dapat terlihat jelas di seberang sana. Tatapannya yang tajam tercetak jelas dengan keyakinan yang membara sejak dia semakin dekat dengan tujuannya.

Kembali kakinya mengayuh pedal sepeda.

Beberapa menit kemudian, pria itu berhenti kembali di depan gerbang kantor polisi. Dia men-standart kan sepedanya kemudian berjalan menuju pos wajib lapor.

"Ada yang bisa saya bantu mas?" tanya petugas setelah mengetahui keberadaan Rayn.

"Saya ingin melaporkan tindak kejahatan pak."

"Kalau begitu silakan langsung masuk mas."

"Terima kasih pak."

Dengan segera Rayn memarkirkan sepedanya.

Pria itu beralih membuka tas selempang untuk mengeluarkan map yang ia bawa. Namun tangannya terhenti setelah mendapati lampu notif ponsel yang menyala berwarna putih menandakan sebuah pesan.

Dengan cepat dia mengambil ponsel itu. Sebuah nama muncul di lock screen miliknya.

Vi
Ibu kamu diculik!

Vi
10 missed call

Sontak pria itu membuka kasar ponselnya. Bergegas membaca pesan yang dikirimkan gadis itu.

Vi

Ibu kamu diculik!

Aku lagi ngejar mobilnya

Rayn!

Mereka bawa Bu Vani kesini

(Share location)



"Sialan!" umpatnya.

Rayn meremas ponsel dengan geram, ia memasukkannya kembali ke dalam tas kemudian bergegas mengayuh sepedanya.

"Mas! Nggak jadi lapor?!" teriak petugas, namun pria itu tidak menggubrisnya.


RAYN

Mata Vi terbuka perlahan, pandangannya sedikit buram setelah dia pingsan. Bagian belakang lehernya juga masih terasa sakit.

Dia melihat sekeliling setelah matanya dapat melihat dengan jelas. Ruangan gelap dengan tembok yang retak dan dipenuhi sarang laba-laba.

"Sial... gue dimana," gumamnya lirih.

Seketika matanya mendapati tangan dan kakinya yang diikat di atas kursi. Gadis itu berusaha melepaskannya dengan bergerak.

Namun nihil, ikatan itu begitu kuat untuk dilepaskan.

Dia menoleh ke sisi kanan dimana Vani juga terikat dengan posisi yang sama. Wanita itu tampak tidak sadarkan diri karena di bius.

"Tante! Tan... bangun tan!" Teriak gadis itu.

Vi terdiam sejenak setelah suara besar dan sangar bergema di ruangan itu.
"WOY! BERISIK LO!"

Dari balik pintu berdiri seorang pria dengan badan besar dan penuh dengan tato. Tampangnya menjadi lebih sangar ketika Vi mendapati sebuah bekas luka di wajah pria itu.

"Ada apa cantik?" ucap pria itu dengan nada yang lebih lembut.

"BERENGSEK! Lepasin gue anj*ng!" teriak Vi sontak mengubah raut wajah pria itu menjadi kesal.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang