25. Menjauh

891 66 3
                                    

Haiii? Ada sedikit informasi, mulai hari ini author akan update Rayn tiap malem ><
Jadi jangan nungguin pas pagi ya xixixi
Dan tentunya JANGAN RINDU! BERAT, BIAR DILAN AJA (~‾▿‾)~

Di ruang sebelah, ruang Mawar nomor 15 Nadeva terbaring di ranjang rumah sakit sendirian. Karena ayah dan ibunya sedang pergi ke mushola.

Dua jam yang lalu Nadeva sudah sadar. Dia cukup shock saat kaki kanannya terasa berat karena diberi gips. Dia bahkan tidak bisa duduk maupun berbicara banyak sekarang. Perutnya masih sakit sekali. Untung saja tidak ada hal buruk yang terjadi.

Sejak bangun tadi Nadeva terus memikirkan Vi, dia khawatir dengan keadaan temannya itu. Karena dia merasa yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi adalah dirinya. Dia merasa sangat bersalah. Terhadap Vi dan terhadap janjinya kepada Rayn untuk menjaga Vi.

Beberapa detik setelahnya, pintu ruangan Nadeva terbuka. Menampilkan sesosok mahkluk menyebalkan bernama Axel. Tidak tau kenapa pria itu terus saja mengusiknya bagai seorang sasaeng.

Axel tersenyum. "Lo udah sadar?"

Nadeva memalingkan pengelihatannya.

"Ini gue bawain bunga." Menampakkan sebuah buket bunga dari balik badannya.

"Lo mau ucapin selamat ke gue karena hampir mati?" celetuk Nadeva, "aarrgghh..." Rintihnya, perutnya terasa sakit.

Axel duduk di kursi dekat ranjang Deva. "Makanya jangan suudzon, sakitkan perutnya. Gue kesini juga karena pengen jenguk lo. Nyokap lo ngabarin kalo lo kecelakaan."

Axel adalah satu-satunya pacar Deva yang sudah dikenalkan kepada keluarga. Tepatnya sebelum mereka putus. Dan ibu Deva pun menyukai Axel karena pribadinya yang lemah lembut di hadapan orang tua. Meskipun Axel berandalan di luaran sana. Terkadang Deva bergidik menyesal jika mengingat kejadian itu.

Axel tersenyum canggung. "Gue juga mau minta maaf udah salah nuduh..." kata Axel, "gue pikir lo beneran selingkuh waktu itu. Ternyata lo cuma bantuin Bagas nyari hotel," tuturnya.

"Mau gue selingkuh ataupun enggak... kita udah putus. Dan perselingkuhan lo... gabisa balikin keadaan." Ucap Deva tertatih.

"Gue nggak pernah selingkuh..."

"Lo pikir... mata gue rabun?... Jelas-jelas gue liat lo ciuman," tutur Deva lirih.

"Cewek yang waktu itu... Dia sepupu gue dari Bali."

"Ngeles aja lo berengsek..."

"Sumpah. Dia sepupu gue, pas liat lo ya gue pura-pura cium dia biar bisa balas dendam."

Nadeva terdiam. Rasanya mempercayai ucapan cowok berengsek seperti Axel adalah hal terbodoh baginya.

"Lo harus percaya, saat lo pulih nanti gue ajak ketemu sama sepupu gue... Ke Bali tapi," Axel terkekeh.

Nadeva masih terdiam.

Melihat tidak ada respon, Axel beralih topik. "Lo mau apa?"

Nadeva sekilas menatapnya. "Minum." ucapnya lirih.

Axel mendekatkan telinganya ke arah Deva. "Apa? Cium?" celetuknya, "emang boleh disini? kalau ada suster gimana?" ucapnya makin nyeleneh.

"MINUM BEGO! MINUM!" teriak Deva, "aarrghhh..." sekali lagi perutnya terasa sakit setelah berteriak.

Axel terkekeh, "Syukurlah, gue kira lo minta cium."

Nadeva memandang Axel sinis seperti macan yang hendak menerkam mangsanya.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang