37. Bebas

626 60 2
                                    


BUGHHH

Sebuah pukulan benda keras mendarat di punggung kedua preman itu.

Axel berdiri tepat di belakang mereka dengan sebuah batang kayu di genggamannya. Dan di belakangnya lagi Nadeva juga turut ikut andil. Walaupun dia hanya duduk di kursi roda.

Rayn berhasil lepas dan dengan segera dia bangun untuk membantu Axel melawan preman itu.

Rayn dan Axel berdiri di tengah-tengah agar lebih leluasa. Preman itu tampak lebih sangar dari sebelumnya.

"SIALAN!" Umpat salah satu preman.

"Jangan banyak bacot lo! Maju sini!" Ketus Axel dengan kayu yang dia arahkan lurus ke depan.

"BOCAH KURANG AJAR!"

Kedua preman itu bergegas melawan.

Bughhh

Rayn mengelak dengan elakan samping, dia menangkis tangan preman itu kemudian menendang bagian perutnya. Preman itu mundur beberapa langkah setelah perutnya terkena tendangan.

Kembali preman itu meluncurkan serangan balasan.

Bughhh

Axel terus mengarahkan batang kayunya ke depan. Di memukul beberapa kali mengenai tangan dan kaki preman satunya.

"Nantangin kok nantangin Axel!" ejeknya sembari mengoleskan jempol pada ujung hidungnya.

Bughhhh

Kembali preman itu melakukan serangan.

Bughhhhh

Sebuah pukulan mengenai pipi Rayn.

"Rayn!" Teriak Vani histeris.

Rayn terkena pukulan di wajahnya hingga sedikit darah keluar dari sudut bibirnya.

"Aaaaa! Rayn!" Teriak para wanita histeris setelah melihat darah itu tercetak jelas di sudut bibir pria itu.

Rayn menyeka darahnya dengan kasar, "BERENGSEK!" Kembali dia melawan preman yang telah membuat bibirnya berdarah.

Di sisi lain beberapa tendangan mengenai perut Axel hingga pria itu merintih setelah perutnya terasa panas.

"Axel!" Teriak Deva.

"Sh*t!" umpat Axel kembali melawan.

Masih dengan pergelutan yang panjang. Tiba-tiba beberapa polisi masuk ke dalam ruangan membuat mereka berhenti dalam posisinya.

"Angkat tangan!" Mengarahkan pistolnya.

"Siapa yang menelepon kepolisian?" Tanya polisi itu sembari menelusuri.

"Saya pak," ucap Deva.

"Mereka penculiknya pak." Deva mengarahkan jari telunjuknya tepat pada dua preman yang berdiam diri di sebelah kanan depan.

"Berengsek!" Umpat preman.

Bergegas polisi memborgol tangan kedua preman itu.

"Pak bukan kita penjahatnya! Mereka bohong!" Berontak salah satu preman.

"Sudah diam! Jelaskan di kantor!" Bentak polisi itu membuat mereka mau tak mau menurut.

Setelah preman itu dibawa keluar ruangan, dengan cepat Rayn berlari ke arah ibunya untuk melepaskan ikatan yang melilit tubuh wanita paruh baya itu. Axel juga turut melepaskan ikatan Vi.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang