34. Diculik

659 61 1
                                    

Rayn merebahkan dirinya di sofa ruang lukis sejak tiga jam yang lalu. Tepat dua hari setelah ayahnya pergi, namun dia dan Vani masih belum bisa membiasakan diri.

Malam ini rasanya jauh lebih gelap. Dan rumah layaknya penjara tanpa penerangan. Vani terus mengurung dirinya di dalam kamar hingga mau tak mau Rayn terus membujuknya untuk makan.

Namun jika usaha itu nihil, maka Rayn kembali merebahkan diri di kamar renungnya untuk menyakiti dirinya sendiri.

Beberapa goresan luka yang berbekas jelas di beberapa bagian tangannya membuktikan bahwa dia tidak bisa berhenti menyalahkan diri sendiri.

Di rumah sakit, Vani memarahinya karena kabur hingga menyebabkan Atmaja kecelakaan karena mencarinya.

Namun, pria paruh baya itu masih sempat berbicara dengan Rayn di ruang IGD kala itu.

Dengan napas yang berat dan mata yang mengerjap pelan, bibir pria paruh baya itu masih bisa berucap walau Rayn tidak dapat memahaminya dengan jelas.

Maaf... maafin... ayah..

Rahasia... laci... kamar...

Kris.

Beberapa patah kata pak Atmaja sebelum dia menghembuskan napas terakhir.

Rayn membuka matanya kasar kemudian bergegas menuju kamar orang tuanya untuk mencari rahasia apa yang diwasiatkan oleh ayahnya.

Napasnya memburu setelah berlari menuruni beberapa anak tangga. Rayn berhenti tepat di depan pintu kamar orang tuanya. Perlahan dia mengetuk beberapa kali namun Vani tidak menjawabnya.

"Bu buka pintunya... aku harus cari sesuatu," ucapnya dengan suara tinggi di akhir kalimat.

Tak berselang lama pintu itu terbuka dengan menampakkan Vani dari balik sana. Wanita itu tampak kacau dengan kantung mata yang menghitam.

"Kamu mau cari rahasia itu?" ucapnya lirih.

Rayn mengangguk, kemudian Vani menyuruhnya untuk masuk.

Vani duduk di atas ranjang sembari mengarahkan jari telunjuknya tepat pada sebuah nakas yang berada di sebelah kanannya.

Melihat petunjuk itu, Rayn mulai mendekat ke tempat nakas tersebut. Dibukanya beberapa laci mulai dari yang paling atas.

"Yang tengah," celetuk wanita itu.

Rayn membuka laci tengah seperti yang diperintahkan.

Di sana pria itu menemukan beberapa tumpuk map namun yang paling atas terdapat tulisan 'Bukti Pengeluaran LENCANA GROUP Tahun 2019'.

Rayn mengambilnya kemudian beranjak dari posisi jongkoknya. Dia mendekat ke arah Vani dan duduk di sebelahnya.

"Apa rahasia itu ada kaitannya dengan ayah Laura?"

Bu Vani beralih menatap tangan putranya. Melihat banyak sekali bekas luka yang sudah mulai mengering.

Jemarinya perlahan mengelus bekas luka Rayn, dan dia mengangguk pelan. "Orang jahat itu yang membuat ayah meninggal..." katanya lirih, "maafin ibu karena sudah melampiaskan amarah ke kamu."

Rayn mengernyitkan dahinya. "Jadi, Pak Kris yang membuat ayah kecelakaan?!"

Bu Vani menggeleng. "Lebih tepatnya rahasia ini yang membuat semua itu terjadi."

"Ayah menyimpan rahasia ini untuk menjebloskan Kris ke dalam penjara karena sudah menipu ayahmu."

"Namun... dia terlalu kecil untuk melawan Kris. Dengan mudahnya seperti seekor semut yang dipijak kemudian mati."

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang