21. Di Kamar | 16+

1.2K 82 5
                                    

Ambil napas panjang dulu yuk, siap-siap sebelum kena gejala baper
16+


Aku dan Rayn berjalan bersama menuju kamar. Saat sampai di tangga aku merasa jika ada kecanggungan yang lebih di antara kami.

"Kamu gapapa kan kalo ngerjain sketsa di kamar?" Tanyaku tergagap.

Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Awalnya aku kaget, kenapa harus di kamar?"

Aku menggigit bibir bawah sebentar, "Soalnya aku biasa ngelukis di kamar. Apalagi di rumah ini nggak ada cukup ruang," alasanku.

Rayn mengangguk percaya.

Kami sampai di depan pintu kamarku. Sekilas aku melihat ke arahnya.

Kudorong pintu itu dengan sedikit kekuatan, karena seperti yang kalian tahu pintu kamarku lumayan susah dibuka dan belum sempat diperbaiki.

Krekkk... Krek.. krekekk..

"Bunyinya emang gini, soalnya belum sempet ganti pintu," jelasku setelah pintu kamar terbuka. Setelahnya aku kembali menutup pintu agar ibu tidak bisa mengganggu.

Mata Rayn melihat sekeliling, "Kamu suka kpop?"

Aku mengangguk, "Iya, maaf kamarku berantakan. Jadi di nyaman-nyamanin aja ya," pintaku sembari terkekeh kecil.

"Baru kali ini aku lihat ruangan serba pink," ucapnya.

"Ya namanya juga cewek," alasanku.

Aku mengajaknya menuju meja dengan sebuah papan lukis dimana di sampingnya sudah terdapat beberapa alat lukis yang aku siapkan.

"Kamu punya banyak alat lukis rupanya."

Aku menggeleng, "Nggak sebanyak itu juga kok," kataku malu-malu. Aku memiliki hobi yang sedikit menguras kantong.

"Kita buat sketsa dulu?" Tanyanya.

"Boleh, tadi aku udah buat satu sketsa di kelas."

"Coba lihat," pintanya yang membuatku langsung memberikan buku sketsa milikku.

Matanya fokus melihat sketsa buatanku. Aku tidak menduga bisa melihatnya di jarak sedekat ini dan di kamarku pula. Rayn adalah orang pertama dan akan menjadi satu-satunya pria yang aku ajak masuk ke kamar. Selain ayahku.

"Udah bagus, cuma kamu harus buat sisi ini lebih tajam," jelasnya menilai sketsaku.

Aku mengangguk, "Aku akan perbaiki lagi nanti."

Rayn tersenyum.

"Ngomong-ngomong kamu udah dapet berapa sketsa?" Tanyaku gantian.

"Belum dapet."

Aku mengernyitkan dahi kebingungan, "Kok tumben?"

"Nggak ada ide," jawabnya singkat.

Berarti sketsa yang dia buat dengan coretan di wajah tadi hanyalah sketsa gagal. Maksudnya dia tidak akan menggunakan itu.

Beberapa menit berlalu kami mulai menorehkan pensil di atas kertas hingga membuat beberapa coretan. Keadaan seperti ini jarang terjadi, maka dari itu selagi ada kesempatan aku akan memulai pendekatan.

Rayn menatap sekilas ke arahku hingga membuat aku berpikir ada yang aneh di wajah, "Kenapa?" Tanyaku.

"Coba kamu pose," titahnya.

Aku menuruti dan mulai berpose sedikit, "Tahan sebentar," titahnya lagi.

Ternyata dia sedang menggambar diriku. Baru kali ini aku dilukis oleh orang lain. Jadi tidak sabar dengan hasilnya.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang