13 ✓

961 104 5
                                    

VOTE NYA DULU KAWAND
Selamat Membaca ᕙ( • ‿ • )ᕗ

"Kamu happy?" celetuk Vi menyela di tengah permainan.

Rayn menganggukkan kepalanya masih dengan senyuman lebar yang sejak beberapa menit lalu berhasil mencetak memori indah di ingatan Vi. Rasanya ia ikut bahagia melihat Rayn yang seperti ini. Entah apa masalah yang ia alami tadi, gadis itu hanya berharap sedikit usahanya bisa membuat Rayn bahagia.

Tiba-tiba saja perut Vi berbunyi menyela hingga Rayn bisa mendengarnya dan langsung menoleh, lebih tepatnya mengarah ke perut ramping milik gadis itu.

Benar-benar memalukan namun apa boleh dikata ia lupa jika belum sarapan saat berangkat. Sekarang rasanya memang sangat lapar.

"Kamu laper?" Tanya Rayn.

Gadis itu cukup gagap menjawabnya. "Iya... aku laper."

Rayn tersenyum sembari mengacak rambut Vi dengan pelan. "Harusnya kamu bilang," ucap pria itu disertai torehan senyum yang manisnya mengalahkan kembang gula.

Diabetes, diabetes dah Vi.

Jantung gadis itu sontak berdetak cepat saat Rayn berperilaku lembut begini. Bahkan sudah berapa belas kali saliva ia teguk. Beruntung dia masih bisa bernapas.

Rayn mengajak Vi ke sebuah restoran di dekat taman kota sembari berpegangan tangan. Restoran yang cukup romantis untuk hubungan sebatas teman. Vi sangat tidak percaya jika Rayn mengetahui tempat-tempat seperti ini. Sepertinya dulu dia sering berkencan dengan mantannya, makanya dia bisa tahu.

Keduanya mulai memasuki restoran dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Seorang pelayan menghampiri tak lama setelahnya. "Mau pesan apa kak?" Tanyanya.

Rayn spontan menatap ke arah Vi, dan dengan cepat gadis itu meresponnya. "Saya pesan Chicken Steak sama Apple Juice mbak," jawab Vi acak.

"Kamu pesan apa?" Dari sudut yang sama ia masih mendapati Rayn yang betah sekali memandangnya. Sedikit risih, tapi bagaimana dong Vi sangat menyukainya.

"Samain aja mbak," jawab Rayn yang membuat pelayan itu mencatat pesanan kemudian pergi.

Gadis itu semakin canggung berada di dekat Rayn. Apalagi setelah dari time zone, Rayn seperti orang yang berbeda. Dia jauh lebih kalem dan friendly.

Sepertinya perlahan Vi berhasil membuka peluang. Mungkin butuh beberapa kejadian seperti ini lagi untuk membuat Rayn benar-benar terbuka.

Beberapa saat pesanan mereka tiba dibawa pelayan yang sama. "Silakan makanannya. Spesial untuk couple, restoran kami memberikan gratis ice cream 3 rasa edisi akhir pekan, selamat menikmati," kata pelayan itu.

Vi yang mendengarnya langsung menyela, "Kami bukan couple kok mbak," elak gadis itu. Ia hanya tidak ingin Rayn merasa kurang nyaman dengan ucapan itu.

Pelayan itu diam kebingungan.

Rayn meraih tangan kanan Vi tanpa permisi. "Makasih mbak, kami baru saja jadian jadi maklum belum terbiasa," katanya dengan wajah sumringah.

Kedua mata Vi sontak terbelalak lebar saat Rayn mengatakan bahwa mereka baru saja jadian. Apa maksudnya ini?

Pelayan itu tersenyum lebar, "Wahh, selamat ya mas dan mbak, semoga langgeng dunia akhirat," sembari menengadahkan tangan isyarat berdoa.

Rayn terkekeh kecil. "Aamiin," serunya.

Vi yang berada di situasi membagongkan ini hanya bisa tersenyum canggung. Ia ingin menyangkal tapi memang ini yang dia harapkan sejak lama, memiliki hubungan dengan Rayn.

Kini hanya tinggal mereka berdua sekarang. Dengan segera Vi memukul pelan pundak Rayn walau jaraknya cukup jauh.

Rayn merintih karenanya. "Kenapa?" Dia kebingungan.

Gadis itu mengernyitkan dahinya tak percaya. "Kenapa?" Ia berhenti sejenak menghela napas, "-Kita kan nggak jadian, kamu ngajak aku bohong?" Sambung Vi.

Rayn terkekeh kecil. "Emang kenapa? Lumayan kan dapet ice cream gratis."

"Ya iya sih, tapi kan nggak gitu juga."

Bukan perkara Vi yang diajak berbohong, tapi Rayn secara tidak langsung membuat dia semakin berharap. Padahal perasaan Vi bukanlah omong kosong. Mungkin Rayn tidak menyadari, tapi apa kurang ketara bahwa gadis itu menyukainya? Setelah semua perhatian dan penampilan yang hanya Vi tunjukkan untuk dia.

"Terus kamu maunya gimana? Pacaran beneran?" celotehnya acak.

Gadis itu benar-benar merasakan sifat Rayn yang jauh berbeda. Lagi, bagaimana dia bisa bercanda seserius ini tentang hubungan mereka. Apa dia tidak tahu bagaimana hati Vi bereaksi besar atas candaannya. Dia lebih terbuka saat berbicara, dan jauh dari kata dingin yang melekat di namanya sejak 12 tahun yang lalu.

"Kamu nggak salah obat kan?" Sontak Vi menempelkan tangan di dahi Rayn.

Rayn terkekeh kecil. "Kamu pikir aku sakit?"

Gadis itu kembali ke posisi duduknya. "Jujur kamu beda banget dari saat kita berangkat dan saat kita keluar dari time zone," terang Vi.

"Kamu lebih suka aku yang biasa atau aku yang begini?" Tanyanya seketika.

Vi dibuat kikuk menjawabnya. "Aku suka kamu yang begini... lebih nyaman."

"Kalau gitu, perlahan aku akan berubah," balasnya dengan sedikit kedataran dan senyuman kecil.

Ia harap ucapan Rayn akan terwujud. Jujur Vi menyukai dia yang ramah senyum dan friendly seperti ini. Terkadang sifat dinginnya membuat Vi kesal sendiri.

-RAYN-

Rayn mengantar Vi pulang dan mereka baru saja tiba di depan rumah. Gadis itu tidak menyangka hari ini Rayn akan mempublish senyum lebarnya setelah sekian lama ia arsipkan. Apalagi ini pertama kalinya. Bayangan wajahnya yang tersenyum tercetak jelas di pikiran Vi. Rasanya candu, dan ia harap bisa melihat Rayn tersenyum lebar di hari-hari berikutnya.

"Makasih untuk hari ini," ucap Vi.

Rayn tersenyum kecil. "Aku yang berterima kasih," balasnya.

ASTAGA! Apa yang barusan ini? Biasanya dia hanya mengangguk tapi sekarang terlontar ucapan dari mulutnya. Aku tidak percaya bisa mengubah Rayn yang dingin seperti es batu dalam sekali kencan. Apa sebenarnya Rayn terlihat dingin karena dia memiliki banyak masalah saja? Dan tidak mau orang lain tahu soal itu. Entahlah, yang penting Rayn lebih ramah sekarang.

Karena cukup canggung, Vi berusaha membuat Rayn segera pulang, "Kalau gitu aku masuk dulu,"ucap gadis itu sembari mundur 3 langkah secara perlahan.

Setelah Rayn pulang, Vi bergegas masuk ke dalam rumah. Baru saja ia melangkahkan kaki melewati pintu, Ratna dan Fasya sudah menghampiri.

"Cie, cie, ada yang habis jalan sama cowok nih yah," ledek Ratna sembari terkekeh.

"Apaan sih bu," elak gadis itu. Vi tidak membayangkan ada ejekan ini saat sampai rumah.

"Siapa cowoknya bu?" Tanya Fasya ikut meledek.

"Anaknya pak Atmaja yah," sahut Ratna.

"Ohh, pantesan dandan cantik ya bu. Cowoknya ganteng," ledek Fasya.

Merasa dipojokkan, Vi memilih kabur. "Ahhh apaan sihh," ucap gadis itu sembari berlari sekaligus menutup kedua kupingnya. Dan tentunya mereka tertawa melihat kelakuan Vi.

Vi masuk ke dalam kamar kemudian mengunci pintu agar Ratna atau Fasya tidak bisa mengganggu. Sebentar ia duduk di atas ranjang, memikirkan Rayn dan ejekan yang membuat Vi senyum-senyum sendiri.

Perasaan macam apa ini? Apa Vi benar-benar sedang jatuh cinta?

Gadis itu menjatuhkan badan, berguling-guling sambil terkekeh salah tingkah.



_________________

See you di next chapt!
Ada pesan buat aku?

Vote Kritik Saran

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang