40. Melepaskan

1.5K 85 14
                                    

VOTE NYA DULU KAWAND
Selamat membaca ᕙ( • ‿ • )ᕗ

"Apa kamu sanggup LDR an kalau kita terikat sebuah hubungan?"

Mendengar pernyataan Rayn, Vi terdiam. Genggaman tangannya terlepas perlahan dari tangan pria itu. "Maksud kamu?"

Wajah pria itu menampakkan sekilas senyum kecut yang membuat Vi semakin khawatir dengan dugaan samar yang sedang dia pikirkan.

"Besok aku pindah."

Beberapa kalimat pendek yang berhasil membuat gadis itu tertegun.

"Pindah?" tanya Vi dengan suara yang cukup lirih.

Rayn meraih kedua tangan gadis itu, perlahan dia mengusapnya dengan jempol.

"Aku sama ibu akan pindah ke Surabaya."

Seketika warna jingga di langit kala itu berubah menjadi kelabu. Di tempat ramai ini, aku runtuh dengan segala harapan yang aku taruh. Ketika aku berpikir setelahnya akan baik-baik saja, di sisi lain semesta tidak mengijinkan aku mendapatkan kebahagiaan bersama Rayn.

Dengan cepat Vi melepaskan tangannya dari genggaman Rayn. "Jadi pertemuan kita sore ini..." gadis itu terdiam sejenak dengan mata yang berkaca-kaca, "kamu mau pergi ninggalin aku?"

"Aku terpaksa. Disini aku udah nggak punya apa-apa lagi Vi, ayahku udah meninggal dan perusahaan juga udah bangkrut ditambah rumah disita pihak bank," jelas pria itu berusaha menenangkan dengan raut wajah tertekan.

"Tapi kenapa harus pergi? Kamu bisa tinggal di rumahku Rayn."

"Selamanya tinggal di rumahmu? itu nggak mungkin Vi..." kata Rayn, "ibu pengen memulai kehidupan baru di tempat kelahiran ayah."

"Aku pikir setelah semua masalah itu kita bisa bahagia. Menjalin hubungan dan bahagia bareng... tapi ternyata kamu mematahkan harapan itu."

"Kita bisa LDR," sahut Rayn dengan tatapan nanar.

Vi menatap kedua mata pria itu dengan mata yang berkaca-kaca. "LDR itu berat Rayn, aku mungkin bisa menunggu kamu selama sepuluh tahun sampai kamu luluh..."

Tertunduk dengan suara lirih. "Tapi aku nggak bisa jauh dari kamu Rayn."

Perlahan cairan bening menetes dari kedua mata cantik milik gadis itu. Wajahnya menunduk dengan tangan yang dikepalkan kuat di samping rok.

Rayn segera memeluk tubuh Vi dan membiarkan gadis itu menangis dalam dekapannya. "Maafin aku Vi."

Hari itu langitku runtuh...

Senjaku mengabu...

Semua harapan yang aku rangkai berbalik menamparku dengan kuat, menertawaiku lebih kencang dari sorakan burung yang berlalu lalang di atas sana.

Suara bising percakapan turut meredam meninggalkanku sendirian di kehangatan dekapannya. Pertemuan terakhir kami, dia membuatnya dengan baik. Tawa yang lebih lebar dan memori yang lebih dalam. Dia berhasil mencetak sebuah ingatan pahit namun terasa begitu manis.

Dan sekali lagi menunggu adalah jawaban akhir dalam hubungan kami. Walaupun selama ini aku yang selalu menunggu untuknya.

Dia adalah teka-teki yang selalu aku rindukan untuk aku selesaikan. Bersama dengan semua kenangan sore itu, aku harap aku akan menjumpai lembar akhir dari teka-teki dirinya. Dan hubungan kami.

RAYN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang