32

3.7K 464 83
                                    

jangan lupa vote dan komen

Mengelus teratur punggung Hana, Haruto masih berusaha menenangkan istrinya yang tengah menangis tersedu didadanya saat ini, sejak kedatangan mereka pagi ini ke rumah duka, Hana tidak dapat menghentikan airmatanya, apalagi ketika melihat bingkai fo...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengelus teratur punggung Hana, Haruto masih berusaha menenangkan istrinya yang tengah menangis tersedu didadanya saat ini, sejak kedatangan mereka pagi ini ke rumah duka, Hana tidak dapat menghentikan airmatanya, apalagi ketika melihat bingkai foto yang terpajang di atas meja depan kaki peti ditemani dua lilin yang mengapit bingkai, foto Winter yang tengah tersenyum manis itu, membuat siapapun yang melihatnya akan menangis.

"udah sayang..., gua ga ngelarang lu nangis, tapi nanti lu sakit kalo banyak nangis kaya gini" bisik Haruto yang kini mengelus pelan surai Hana lalu mengecupnya lama.

"kenapa bisa too?" suara Hana yang terdengar serak, membuat Haruto ikut merasakan kesedihan yang kentara pada istrinya ini.

"takdir Han... ga ada yang tau kapan matinya seseorang, dia-"

"tapi kak winter bunuh dirikann" sela Hana membuat Haruto bungkam seketika, berita meninggalnya Winter semalam memang langsung Haruto beritahukan pada Hana dan ibu mertuanya. Kini mereka bertiga ada disini, dengan jarak yang lumayan jauh dari peti mati, karena tidak ada yang berani mendekat, kecuali kerabat Ajun dan banyak yang Haruto tidak kenal.

Haruto kembali melirik ibu mertuanya yang sama menatap lama pada peti itu, mereka belum melihat jasadnya sama sekali, karena sejak awal memang Haruto sudah melarang Hana maupun ibu mertuanya untuk mendekat, takut Ajun melihat mereka lalu mengamuk, Haruto tau semarah apa Ajun pada Jihoon dan keluarganya, sampai sekarang saja, Haruto belum menemukan abang iparnya itu, entah ada dimana pria itu sekarang.

"to... mamah mau kesana dulu ya"

"mahh" sebelah tangan Haruto yang sejak tadi memeluk Hana, kini menahan pergelangan tangan mertuanya itu, dan menggeleng panik menatapnya.

"jangan, ruto takut nanti mamah-"

"engga to..., percaya sama mamah, sebentar"

Melepas genggamannya,dapat Haruto lihat kini mertuanya itu, berjalan perlahan mendekati peti, dan tak lama mertuanya itu membekap bibirnya sendiri, airmata yang sejak tadi mengalir kini bertambah deras ketika melihat kedalam peti, dapat Haruto lihat, Ajun yang hanya memandang sendu pada Airyn dan kembali menatap kedalam peti.

"winter... maafin ibu, sayang" lirih Airyn disela tangisnya, memandang kedalam peti dengan penuh kesakitan, melihat dengan jelas bagaimana wajah pucat itu tampak kaku dengan gaun putih yang melekat pada tubuhnya, cantik...

Mengelus pelan pipi Winter yang tampak kaku, Airyn tak kuasa menahan raungan tangisnya, membuat Haruto yang melihat itu segera melepas pelukannya pada Hana dan berlari menghampiri sang mertua.

"mahh" Haruto memeluk pundak Airyn erat, seraya menepuk pelan punggung ibu mertuanya itu. Masih menangis, dengan raungan yang tak dapat dihentikannya, wanita itu merasa sangat amat bersalah saat melihat wajah pucat Winter, mengingat putranya lah dalang dari penderitaan dua orang dihadapannya saat ini.

Married By Accident - Haruto (Revisi) - END -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang