Bagi beberapa orang mencari teman itu tidak mudah tapi beberapa yang lain malah sangat mudah mendapatkannya.
Bukannya ingin sombong tapi Jeffrey termasuk golongan kedua. Tidak perlu banyak usaha para manusia lintah itu dengan senang hati menempel padanya.
Dia tidak suka sebenarnya tapi sekali lagi dia adalah Wirasaksena, topeng sudah seperti wajah aslinya. Jadi yang dilakukan Jeff adalah menerima setiap yang datang ke arahnya.
Tapi diantara orang-orang itu hanya sebagian kecil yang bisa Jeff sebut sebagai teman. Teman dalam artian sesungguhnya.
"Jeff!"
Jeff mengalihkan pandangan melihat pada sosok yang berdiri tepat di depan sebuah lemari es berisi minuman yang memang ada di koridor setiap kelas.
Jangan kaget begitu. SPP sekolah mereka bahkan lebih dari delapan digit. Satu lemari es penuh minuman untuk setiap koridor kelas bukan hal yang besar.
"Soda atau jus ??"
"Air putih"
"Oke"
Setelahnya Jeff kembali fokus pada buku di hadapannya.
Ah ngomong-ngomong Jeff adalah anak IPS. Sedari kecil dipersiapkan sebagai seorang penerus bisnis keluarga jadi tidak ada alasan yang masuk akal baginya untuk masuk IPA.
Lagi pula jika Jeff tidak menjadi penerus maka mimpi Nathan sebagai dokter bedah akan dipertaruhkan. Jeff tidak mau.
Lebih baik dia yang kehilangan mimpinya dari pada sang adik. Dan lagi, sejujurnya Jeff tidak pernah benar-benar punya mimpi.
Tidak seperti Nathan yang sejak TK sudah ribut berkata ingin menjadi dokter, Jeff benar-benar tidak punya sesuatu untuk dikejar. Jadi saat kakek menunjuknya sebagai penerus Papa dia sama sekali tak masalah.
"Nih"
Minuman dingin disodorkan di hadapannya membuatnya mendongak.
"Makasi Win"
"Yoi santuy"
Nah diantara teman yang Jeff maksud salah satunya adalah Erwin Giatama. Teman pertamanya sejak menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama.
Awalnya Erwin tampak begitu polos dan lugu membuat Jeff malah lebih dulu menyapa, tapi sekarang setelah lama mengenal Jeff bisa katakan Erwin kadang menyebalkan.
"Nanti latihan basket Jeff ??"
Jeff menutup buku dihadapannya kemudian membuka botol minumannya, meneguk air mineral itu sebelum menatap Erwin.
"Emang udah mulai ya ?? Nanti gue mau pulang bareng Nana. Tapi kalau emang latihan gue bisa balik lagi sih setelah anter Nana"
Erwin mengendik mengeluarkan ponsel dalam sakunya.
"Tanya tuan muda Chittapon lah" katanya sambil melakukan panggilan untuk sosok diseberang sana.
"Bang!"
Setelah diangkat diletakkan ponselnya di atas meja dengan mode speaker.
"Kenapa Win ?? Gue bentar lagi ada kuis woi Lo malah telfon"
"Eh maaf bang cuman mau nanya bentar doang. Nanti latihan gak ??"
"Latihanlah!!"
"Yaudah bang gak usah ngegas. Heran"
"Ya lu mancing"
"Gue nanya doang ??!!"
Tut
"Anj—"
Hampir. Hampir saja Erwin yang kalem ini mengeluarkan umpatan. Memang sosok di seberang sana emosinya cepat terpancing pun cepat memancing emosi orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaniel ✓
FanfictionBagi Nathan keluarganya itu merepotkan tapi sayang sekali dalam hatinya Nathan juga ingin mengakui bahwa dia sangat sangat menyayangi mereka. Spin-off Wirasaksena