Giginya bergemeletuk, tubuhnya bergetar, dan air mata yang menggenang di pelupuk matanya sebagai bukti kalutnya Jeffrey Wirasaksena.
Dengan tubuh bergetar dia duduk di kursi depan kamar rawat adiknya. Air matanya mengalir pelan. Takut, Jeff ketakutan.
Tidak ada Papa yang mengatakan semua akan baik-baik saja dan tidak ada mama yang akan memeluknya mengatakan bahwa ini semua bukan salahnya. Dia sendirian.
Meskipun dokter mengatakan adiknya sekarang baik-baik saja tubuhnya tak bisa berhenti bergetar. Dia menutup wajahnya. Membiarkan isakannya lolos begitu saja.
"Maaf maaf maaf" gumamnya terus menerus menyalahkan dirinya yang begitu bodoh.
Jeff tau adiknya sakit karena dia. Ini salah Jeff. Dia tau.
"Maaf Nana, maaf kakak yang salah"
"Bodoh! Bodoh!" Katanya sambil memukul pelan kepalanya. Air matanya masih mengalir tak mau berhenti.
Nafasnya terengah-engah entah karena tangisnya atau juga efek larinya sedari tadi membawa Nathan ke rumah sakit.
Ponselnya berdering tapi dia terlalu lemas hanya untuk mengangkat panggilan. Hatinya masih kacau.
Lagi dering ponselnya semakin membuatnya menunduk mau tak mau mengambilnya dalam saku.
Dia meneguk ludah pelan saat nama Papa terpampang di layar ponselnya.
"H-halo" suaranya bergetar.
"Halo, kak?"
"H-halo"
"Suaranya kok gitu. Semua oke kan?"
"P-papa"
Jeff menggigit bibir bawahnya dan menghapus air mata di pipinya dengan kasar.
"Iya sayang??"
"M-maaf"
"Hm ??"
"N-nana hiks m-masuk rumah sakit. P-papa hiks maaf"
Suara helaan nafas panjang terdengar membuat Jeff semakin menunduk dan terisak.
"Kakak tenang dulu ya?? Bukan salah kakak. Sekarang Papa dan Mama akan pulang. Kakak tenang tarik nafas pelan-pelan, sayang. Papa akan sampai tiga jam lagi. Tenang"
Jeff tanpa sadar mengangguk membiarkan panggilan itu mati dengan sendirinya. Dia mengerjap saat matanya terasa perih. Agaknya dia terlalu banyak menangis.
Bangkit pelan dia membuka pintu ruang rawat adiknya dan mendapati pemandangan di depannya tanpa sadar membuat isakannya kembali muncul.
Hati Jeff luar biasa sakit. Perasaan bersalah itu merambat dengan kurang ajarnya.
🌹🌹🌹
Mengendarai mobil membelah jalanan Bandung sampai Jakarta bukan masalah besar bagi Agung. Tidak peduli berapa waktu juga jarak yang harus dia tempuh.
Pikirannya hanya menuju pada anak-anaknya. Di sampingnya Yuna tak kalah kalut bahkan Agung sendiri sadar sedari tadi tubuh istrinya sudah bergetar menahan tangis yang hampir meledak.
Agung berusaha tenang walaupun jauh di dalam hatinya kekhawatiran itu membuatnya gelisah bukan main.
Tiga jam. Waktu yang dia janjikan pada putra sulungnya. Dan tiga jam pula Agung berhasil menempuh jarak itu.
Sebelum benar-benar sampai di parkiran rumah sakit dan memarkirkan mobilnya Agung membiarkan istrinya berlari lebih dulu. Dia tau istrinya adalah yang paling kalut saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaniel ✓
FanfictionBagi Nathan keluarganya itu merepotkan tapi sayang sekali dalam hatinya Nathan juga ingin mengakui bahwa dia sangat sangat menyayangi mereka. Spin-off Wirasaksena