Nathaniel -23-

5.5K 744 36
                                    

Mereka bilang hidup sebagai Wirasaksena adalah hidup paling ideal dan paling mudah. Nyatanya yang tak mereka tau hidup sebagai Wirasaksena jauh lebih merepotkan.

Terlalu banyak hal merepotkan yang harus dijalani sebenarnya jika harus dijabarkan. Tapi diantara semua itu berkumpul dengan kolega bisnis adalah hal yang paling memuakkan.

Nathan tau mereka hidup di dunia harus ada timbal baliknya dengan makhluk lain. Namun Nathan juga tau bahkan beberapa hubungan itu adalah simbiosis parasitisme.

Lintah-lintah haus gelar, jabatan, dan harta terus saja mencoba mendekat dan menempel padanya.

Bukan maksud Nathan memukul rata bahwa semua kolega bisnis ayahnya adalah lintah, hanya saja untuk sekarang Nathan tak bisa membedakan lagi mana yang benar tulus dan hanya mencari keuntungan semata.

Termasuk sosok orang tua di depannya kini. Yang tengah berbincang santai dengan Papa. Nathan bosan tapi pergi dari sini adalah bentuk ketidaksopanan. Sudah Nathan bilang hidupnya merepotkan.

"Papa~"

"Sebentar sayang" usapan lembut itu kini tak berarti apa-apa. Karena sekali Nathan bosan mau dibujuk bagaimana pun ya tidak bisa.

Bagi keluarganya Nathan adalah anak kecil yang baru saja remaja, masih terlalu cepat baginya untuk bergabung bersama mereka. Sehingga saat-saat seperti ini Nathan lebih sering memisahkan diri dan duduk di ujung sofa. Membiarkan Jeje menggosokkan badan pada kakinya.

"Sabar Jeje kata Papa sebentar lagi" katanya sambil mengusak kepala anjingnya.

5 menit. 10 menit. 15 menit. 20 menit bahkan sampai 30 menit kemudian pembicaraan Papa dan 'temannya' belum juga nampak akan usai membuatnya menghela nafas pelan.

Beringsut ke arah ayahnya dan menarik ujung jas mahal itu. Agung tersentak sebentar kemudian tersenyum tipis mengusak rambut Nathan. Seolah tau maksud putranya hanya dari tatap.

"Jangan jauh-jauh"

"Yessss"

Tanpa suara Nathan bersorak kegirangan. Meninggalkan tempat ini adalah hal yang paling dia nantikan.

Dengan senyum lebar juga langkah ringan dia menarik Jeje menjauh dari ayahnya. Berjalan santai mengabaikan beberapa pasang mata yang melihatnya.

Ah agaknya Nathan lupa memberitahu. Saat ini dia sedang berada di ballroom hotel kenamaan untuk acara ulang tahun perusahaan. Acara tahunan yang dengan berat hati selalu Nathan hadiri.

Karena sekarang Nathan sudah menerima fakta dia bukan orang biasa dengan lapang dada rasanya sedikit lebih ringan. Yah walaupun untuk beberapa alasan dia masih tidak suka berada di tengah-tengah acara ini.

Pandangannya meliar mencoba mencari seseorang yang sekiranya mampu membuatnya tak lagi kebosanan. Dan tatapnya jatuh pada sang ibu.

Namun Mama bukanlah pilihan tepat, lihat bagaimana dia dikerumuni oleh banyak wanita-wanita dengan baju yang mencolok mata.

Nope. Nathan tak bisa bergabung ke sana.

Lalu pandangannya kembali meliar mencari kakaknya si sosial butterfly itu. Dia menghela nafas berat saat yang tampak malah Mark dan juga Chandra.

Agak malas mendatangi mereka karena pasti dirinya hanya akan terasa seperti serangga yang menonton keduanya berdebat. Tapi tak ada pilihan lain bagi Nathan selain bergabung dengan dua orang bersaudara itu.

"Lo bisa diam gak sih??"

Tuhkan. Baru Nathan mendekat saja perdebatan mereka malah tampak semakin panas.

Nathaniel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang