Epilog

5.3K 727 92
                                    

Pagi ini seperti pagi-pagi lainnya, rumah itu tak pernah damai, penuh akan keributan dan segala hal merepotkan lainnya.

Apalagi sekarang adalah hari wisuda kelulusan SMA Jeff. Tentu rumah yang biasanya ribut menjadi semakin riuh.

Mama sedari subuh sudah ribut sendiri. Membangunkan mereka semua dan menyuruhnya segera bersiap.

Dampaknya Papa masih saja menguap lebar bahkan saat duduk di meja makan. Nathan sama lesunya. Bahkan sekali-kali Nathan terpejam dan nyaris terantuk meja. Padahal jelas-jelas keduanya sudah mandi dan siap untuk berangkat. Tapi ya mau bagaimana lagi rasa kantuk bisa datang kapan saja.

Ngomong-ngomong mereka tidur larut tadi malam karena nyonya besar menyuruh mereka mencoba setiap jas yang sudah dipilihkan. Merepotkan sekali.

Padahal hanya acara kelulusan yang berlangsung paling mentok empat jam. Tapi persiapan yang mereka lakukan nyaris sehari semalam.

Nathan lagi-lagi menguap. Matanya terasa berat dan ingin terpejam sedari tadi.

"Papa, Mama dandannya masih lama??"

Agung yang duduk di depannya mengangkat pandangan dan menoleh ke pintu kamarnya yang masih tertutup rapat.

"Masih ada waktu buat kita tidur siang sepertinya dek"

Hening. Lalu keduanya bertatapan seolah tengah berbicara pada satu sama lain tanpa suara. Nathan berkedip saat mengerti maksud tatapan ayahnya.

"Berani gak??"

Nathan menggeleng.

"Gak berani"

"Sama, Papa juga takut"

Kemudian keduanya sama-sama tertawa. Aneh memang. Percakapan mereka hanya bisa dimengerti oleh mereka sendiri.

"Bosan sekali Papa! Kenapa Mama lama sekali?!"

Nathan mendesah dan meletakkan tangannya di atas meja, lantas begitu saja dia meletakkan kepalanya di atas lipatan tangannya.

"Namanya juga cewek dek"

Nathan mendengus saja karena sadar bahwa perempuan memang semerepotkan itu. Dan dengan berat hati Nathan mengakui Mama adalah salah satu diantaranya.

Maksud Nathan adalah kenapa Mama bersusah payah melakukan banyak hal hanya agar terlihat cantik?? Nathan kadang tidak mengerti hal itu karena demi apapun bagi Nathan, Mama bahkan sudah cantik sedari bangun tidur.

Lalu untuk apa membuang waktu lebih banyak lagi untuk hal yang hasil juga sama?? Tidak mungkin juga kan kalau dandan wajah Mama berubah jadi wajah orang lain??

Nathan tak habis pikir.

"Papaaaaa"

"Sttt sabar" kata Agung sambil meletakkan jarinya di depan bibir. Nathan mencebik memilih mengambil kacang goreng di atas meja makan. Memakannya selagi menunggu nyonya besar berdandan. Ini kalau sampai kacangnya habis tapi Mama belum juga selesai sih luar biasa sekali.

"Ayo berangkat"

Keduanya mengalihkan pandangan pada Yuna yang datang menghampiri mereka. Diam-diam mendesah lega dan bangkit berdiri.

"You looks pretty" kata Agung sambil meraih tangan Yuna membuat Nathan mual. Jadi dengan sengaja malah berjalan mendahului mereka setelah melepas genggaman tangan Agung pada Yuna.

Agung berdecih dan menggeleng pelan membiarkan putranya memimpin jalan.

"Ngomong-ngomong tumben Mama pakai baju serba hitam" kata Nathan berbalik kemudian menyelip diantara orang tuanya.

Nathaniel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang