Pepatah mengatakan buah itu tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Sebagaimana pun menyangkal nyatanya hal itu benar adanya.
Memang darimana sifat anak-anak jika tidak mencontoh dari orang tuanya??
Mencontoh tetangga yang bahkan tidak tau namanya?? Mana mungkin.
Karenanya saat melihat anak-anak Agung tumbuh dengan tingkah laku yang kadang buat geleng kepala semua terasa wajar. Tentu saja karena ayah dan ibunya jauh lebih tak wajar tingkah lakunya.
Memangnya dari mana sifat keras kepala juga protektif Jeff jika bukan dari ayahnya??
Memangnya dari mana sifat pemilih Nathan jika bukan dari ibunya??
Nyatanya pepatah tua itu benar-benar terjadi pada mereka. Dimana tingkah orang tua kadang dua kali lipat tingkah sang anak.
Menilik dari bagaimana sikap Jeff terhadap Nathan sudah pasti Agung juga berprilaku sama, bahkan lebih. Protektif.
Semua juga tau bahwa Agung bahkan rela meninggalkan semua dalam genggaman asal Nathan tetap aman dalam dekapnya. Semua tau.
Dan sejak kejadian beberapa tahun lalu Agung adalah yang paling merasa bersalah. Merasa seolah semua adalah salahnya.
Diam membiarkan rasa itu menjerat hati makin erat. Membuat Agung tanpa sadar menggenggam Nathan terlalu erat.
Agung sadar jika kadang sikapnya begitu berlebihan. Tapi apa yang bisa seseorang katakan saat Agung hanya melakukan tugasnya sebagai seorang ayah yang pernah lalai menjaga putranya??
Pada akhirnya semua maklum. Memaklumi semua keputusan Agung demi anak-anaknya.
Karena nyatanya semua orang tau Agung hanya ingin yang terbaik untuk kedua putranya, buah hatinya separuh jiwanya.
Kejadian beberapa hari lalu adalah sedikit bukti dari kelalaiannya. Melihat bagaimana Nathan bahkan tak dapat tertidur lelap dan meracau ketakutan sudah cukup menyakiti hatinya. Menghancurkannya menjadi butiran.
Lalu saat dirinya bertindak berlebihan untuk tak membiarkan Nathan sendirian semua sekali lagi merasa bahwa itu wajar. Agung hanya terlampau khawatir dan was-was.
Oleh karena itu di waktu sempitnya Agung melirik pada jam dinding. Dia mendesah saat menyadari sekolah Nathan pasti sudah pulang.
Jeff tidak bisa dia harapkan saat ini karena putra sulungnya terlalu sibuk untuk pertandingan basketnya dua hari lagi.
Dia mendesah memijat pelipisnya pelan, lima belas menit lagi dia harus kembali masuk ke ruang rapat. Tapi hatinya tak akan mungkin bisa tenang jika begini.
Dengan pelan dia menekan panggilan pada telepon di atas mejanya. Hanya berselang beberapa saat pintunya diketuk dan sang sekertaris masuk ke dalam.
Dengan helaan nafas pelan dia menatap sekertarisnya.
"Tolong jemput putra bungsu saya"
🌹🌹🌹
Nathan berdecak kesal saat jam sudah menunjukkan pukul 13.30. Itu artinya siapapun yang bertugas menjemputnya hari ini sudah terlambat dua puluh menit.
Sungguh ini tidak lucu sama sekali saat Nathan merasa bahwa semua orang memperhatikannya hanya karena dirinya berdiri menunggu jemputan tepat di sebelah pos satpam.
Terserah mau menyebut Nathan berlebihan atau apapun tapi dia tidak suka perasaan ini. Perasaan dimana dia merasa semua melihat ke arahnya dan ingin menyakitinya padahal nyatanya Nathan juga tau bahwa tidak ada orang yang memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaniel ✓
FanfictionBagi Nathan keluarganya itu merepotkan tapi sayang sekali dalam hatinya Nathan juga ingin mengakui bahwa dia sangat sangat menyayangi mereka. Spin-off Wirasaksena