Dari dulu Nathan memang mudah sekali memikirkan apa yang orang lain katakan padanya.
Entah terlalu polos atau bagaimana Nathan mudah sekali percaya pada setiap yang orang lain katakan padanya.
Mungkin itu juga sebabnya kenapa keluarganya was-was jika Nathan sendirian. Tidak ada yang mengawasi.
Perkataan baik dan buruk sering kali langsung dia terima tanpa suatu filter berarti.
Dari tadi sore sepulang dari pertandingan basket Jeff dia terus memikirkan perkataan Rico. Entahlah dia baru sadar saja ternyata perlakuan istimewa yang dia dapatkan tidak semudah itu orang lain dapatkan.
Dia jadi terpikirkan hal-hal yang terasa tak masuk akal tapi ingin dia coba. Bagaimana jika mereka hidup lagaknya orang biasa??
Benar-benar orang biasa yang tidak punya jet pribadi, tidak punya villa di tengah pulau pribadi, atau yang tidak punya hal-hal semacam itu. Nathan penasaran.
Jadi dengan Jeje mengekor di belakangnya dia turun ke meja makan lengkap dengan segala skenario bujukan dalam otaknya.
Disana mama tengah menata makanan di bantu oleh mbak Tami. Papa juga sedang meminum teh hangatnya dengan sebuah tablet di depannya.
Ah ngomong-ngomong Jeff sedang merayakan kemenangannya dengan teman-teman satu timnya sehingga tidak ikut makan malam. Agak sedikit sepi karena biasanya kakaknya itu yang ribut memanggilnya turun.
Nathan mendekat memeluk Papa dari belakang kemudian menggosokkan wajahnya pada bahu lebar Papa.
"Papa"
"Hm?? Kenapa sayang?? Lapar??"
Nathan menggeleng pelan semakin mengeratkan pelukannya sedikit mengintip pada tablet Papanya. Tapi yang dia lihat hanya grafik-grafik yang dia tak tau artinya.
"Papa ayo kita jadi orang biasa"
"Hah??"
Papa menoleh menatapnya yang masih bersandar dari ekor matanya.
"Iya jadi orang biasa. Jangan jadi kayak orang kebanyakan uang gitu Papa"
Agung mengernyit geli tak habis pikir, ada saja tingkah laku bungsunya ini.
"Ya ya ya??"
"Boleh"
Nathan memekik tertahan kemudian memeluk erat leher Papanya. Mama yang melihat hanya bisa menggeleng pelan.
"Ada-ada aja sih dek. Yasudah ayo duduk kita makan"
Nathan dengan patuh duduk di tempatnya menunggu ibu membalik piring juga memberikannya makanan.
Bermenit berlalu dia kebingungan sendiri saat tidak ada yang membalik piringnya.
"Ibu?? Piringku?"
Mbak Tami melangkah baru ingin melaksanakan tugasnya yang biasa tapi suara Yuna membuatnya berhenti.
"Orang biasa nggak dilayani saat makan dek. Piringnya balik sendiri"
Nathan mengernyit tapi tak urung mengangguk. Masih bisa ditoleransi, pikirnya. Jadi dia membalik piringnya sendiri dan mulai mengambil nasi secukupnya.
Baru saja ingin menjauhkan sayur dari depannya Papa malah mendorongnya tepat ke depan Nathan.
"Orang biasa suka makan sayur yang banyak dek"
"Mereka juga makan brokoli?!"
Agung mengangguk yakin. Berusaha menutupi tawanya yang hampir tersembur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaniel ✓
FanficBagi Nathan keluarganya itu merepotkan tapi sayang sekali dalam hatinya Nathan juga ingin mengakui bahwa dia sangat sangat menyayangi mereka. Spin-off Wirasaksena