Nathaniel -9-

6.1K 793 14
                                    

Sebenarnya kegiatan Nathan itu membosankan sekali. Hanya sebatas rumah, sekolah, rumah, dan sekolah. Tidak ada kegiatan lebih. Benar-benar hanya sekolah kemudian pulang.

Pernah dirinya berniat mengikuti ekstrakurikuler palang merah remaja karena cita-citanya sebagai dokter tapi di hari pertama mereka disuruh lari keliling lapangan juga push up dua seri.

Nathan yang bahkan bangkit dari kasur ke kamar mandi saja malas langsung shock. Besoknya dia tidak ikut lagi.

Jadi ya begitulah dia benar-benar tidak punya kegiatan lain. Kadang rasanya ingin seperti teman kelasnya yang lain. Punya banyak teman bahkan walaupun berbeda kelas.

Padahal nyatanya Nathan sendiri bahkan belum menghafal teman satu kelas mereka. Hanya fikirkan seanti sosial apa Nathan yang hampir dua tahun belajar di kelas yang sama tapi tetap tidak menghafal mereka.

Mungkin teman-teman kelasnya juga begitu ya ?? Melupakan Nathan seolah bukan bagian dari mereka.

Nathan mencebik tanpa sadar mengaduk dengan tak berselera makan siangnya. Di hadapannya hanya ada Juna.

Chandra masih dirawat di rumah sakit sedangkan Zayn sejak pelajaran pertama sudah menghilang bagai ditelan bumi. Padahal tasnya masih tersampir di kursinya.

"Makan Na!"

Nathan mengangguk menyuap dengan malas makanannya. Hari ini tidak ada nugget. Sepertinya kantin ini harus digugat.

"Juna bilang ke om Cahyo dong masa makan siangnya gak pakai nugget"

Juna mengernyit.

"Itu bukan urusan Papaku. Orang Papa cuman kesini sekali setahun kali kalau sempat"

Nathan mengangguk lupa kalau ayah Juna sibuk sekali. Bahkan jauh lebih sibuk dari Papanya.

Bayangkan saja ayah Juna hanya sebulan sekali bisa pulang ke rumah. Sisanya malah mengurus perusahaan di China.

"Om Cahyo masih di China, Jun ??"

Juna menggeleng meminum minumannya sebelum menoleh pada Nathan.

"Gak, kemarin baru aja pulang"

Nathan mengangguk.

"Seneng dong kamu ??"

"Biasa aja"

"Eyyyy"

Nathan mencibir tau betul bahwa saudaranya yang satu itu senang setiap kali ayahnya pulang bahkan tanpa oleh-oleh sekalipun.

Setelahnya mereka diam fokus pada makanan masing-masing. Baru saja Nathan akan mengangkat suara seseorang mendekat ke arah mereka.

Tanpa kikuk dan ragu-ragu. Nathan menoleh pun dengan Juna yang kini mengangkat satu alis menatap gadis itu.

"Anu kak Juna, kan ??"

Juna mengernyit tapi kemudian mengangguk membuat sosok di depannya mendesah lega.

"Maaf kak tapi kakak dipanggil ke ruang kepsek katanya pak Dinata mau ketemu"

Juna memutar mata malas mendengarnya. Untuk apa pula ayahnya memanggilnya padahal nanti di rumah juga bertemu.

"Na"

Nathan mendongak.

"Aku ke ruang kepsek dulu ya ?? Kamu kalau mau balik ke kelas duluan gak apa-apa"

"Othay" katanya dengan jari jempol terulur.

Setelah Juna meninggalkannya sendirian Nathan mendesah malas jika harus ke kelas dan berakhir sendirian disana.

Nathaniel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang