"Ketika kalian membuatku marah, kalian juga akan membuatnya marah. Dan jika kami sudah marah, habislah kalian!"
✓ Ajeng Ayu Nawangsih
•*•°•
°•°Aku terhenyak melihat perlakuan mereka pada Lily. Jahat, biadab!
Aku tidak tahan lagi, aku akan-
Tapi tiba-tiba sebuah tangan kekar memegang lenganku. Mengurungkan niatku untuk menghampiri Lily dan anak laki laki jahat ity. Saat aku menoleh, ku dapati seorang pria besar, berpakaian serba putih. Ia menarik lenganku, dan aku pun ... kembali.
Teman temanku menatapku dengan terheran heran, Risa memegang pundakku. Lalu ia bertanya, "kamu kenapa?"
Aku masih terdiam, lalu menangis. Kejadian tadi masih tergambar jelas di ingatanku. Kesedihan Lily, rasa sakit Lily, aku ikut merasakannya. Dia tersiksa, kenapa mereka jahat sekali padanya hiks ....
Rasa sakit Lily merasuk ke dadaku, sakiit sekali rasanya. Ketika dunia memberlakukan mu dengan kejam, dan kamu ditempatkan dalam ketidakberdayaan. Kamu pun akan mulai merasa hidupmu itu tak adil, namun apa dayamu?
"Kamu kenapa, Jeeng?"
"Kamu sakit?"
"Jeng, heyy!"
"Tolongin dong ini Ajeng kenapa?!"
"Ajeeng!!"
Risa, dan yang lainnya mulai mengerumuniku. Menyerangku dengan berbagai pertanyaan, tapi mereka tidak tahu apa yang aku rasakan, tidak tahu apa yang baru saja aku lihat. Hiks ... aku masih tersedu-sedu, Ajeng berdiri di belakangku. Dia terlihat tidak peduli, bukannya seharusnya jika aku sedih dia juga ikut bersedih. Bukankah seharusnya perasaan kami selalu terhubung dan saling berkaitan?
"Itu karena kamu terlalu lemah."
"Aku sudah bilang, jangan sampai terlibat dengannya
Kamu ngeyel, coba *delengen kae!"
(*delengen = lihatlah)
Tiba tiba kepalaku mendongak tanpa aku gerak kan, dan mataku mengarah sempurna melihatnya.
Lily?!
Lily. Dia berdiri mengambang di belakang Nia. Wajahnya masih saja terlihat cantik meskipun hatinya tengah bersedih, rambut pirangnya terlihat berkilau indah ketika diterpa cahaya mentari, kulitnya yang putih ber-
"Ajeeng ...."
Aku tersentak, wajah cantik Lily tiba tiba memerah, dan semakin berubah menjadi merah. Hingga seluruh wajahnya berwarna merah semerah warna darah. Dan ketika dia membuka mulutnya, terlihat betapa hancur isinya. Gigi yang harusnya berderet rapi di sana sudah tak berbentuk lagi.
"Tolong saya ...." lirihnya dengan suara yang memilukan.
Untuk sesaat dadaku seperti tak berdetak. Lily?!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins - Two Ajeng
HorrorAku mempunyai seorang saudari kembar, namanya sama dengan namaku. Tapi, saudari kembar ku ini yang bisa melihatnya hanya aku. Bahkan ibuk dan bapak tidak bisa melihatnya. Padahal dia tidak pernah jauh dariku, selalu bersamaku. Kami tidak bisa dipis...