Ajeng 17 - Disekap!

187 21 0
                                    


"IBUUK!" Aku berlari dengan seluruh tenagaku, tangan kananku terulur tapi aku tahu aku tidak akan sempat.

Kepala tanpa badan itu sudah di belakang leher Ibuk, mulutnya terbuka, sebilah keris yang tadi di giginya jatuh, ia kini memamerkan gigi taringnya yang tampak amat tajam. Apa yang akan dilakukannya?!

Ibuk tidak menyadari kehadiran makhluk itu, apa yang harus aku lakukan?

Dan apa ini, apa yang terjadi? Kenapa semuanya menjadi sangat lambat?

Kakiku terasa berat, seperti sedang bergerak di dalam air. Apa yang terjadi sebenarnya? Semuanya menjadi berjalan amat lambat, seakan akan ada yang memperlambat berjalannya waktu.

"Kenapa kamu bersikeras ingin menyelamatkan Gista ...? Apakah dia temanmu, memangnya sejak kapan kalian berteman?"

Apa? Siapa?! Siapa yang berbicara? Aku mendengar suara berbicara kepadaku, tapi aku tidak dapat melihat siapa pemilik suara itu.

"Kenapa kamu peduli dengan orang yang sudah jahat kepadamu?"

"Siapa kamu?!" teriakku.

"Hihihihi ... aku adalah bagian kecil dari dirimu, aku tinggal di sudut sudut gelap dalam di dalam hatimu."

"Kamu jin!" lantangku.

Sekarang semuanya terhenti. Seperti pemutaran film yang dijeda. Kecuali aku. Apa lagi permainan jin kafir ini?

Tidak, tidak hanya aku. Ada sosok lain yang bisa bergerak di ilusi ruang waktu ini. Sosok kepala tanpa tubuh itu kini bergerak melayang lebih tinggi, menjauh dari Ibuk yang mematung.

Dua matanya menatapku datar. Rambutnya panjang tergerai, wajah pucat dengan gigi gigi tajam. Organ organnya yang menggantung terlihat menjijikan, dia perlahan turun. Ia mendekat kepadaku, dadaku berdetak dua kali lebih cepat.

Dia masih menatapku datar, lalu tiba tiba ia menyeringai mengerikan. Bibirnya merah, seperti bekas terkena darah. Organ organ yang menggantung itu mulai membuatku ingin mual, jantung itu masih berdetak, usus ususnya juga tampak bergerak-gerak.

"Siapa kamu?" tanyaku pelan.

Seluruh tubuhku merinding dibuatnya. Dia memiliki tekanan energi yang lebih tinggi dari Indrajanu. Dan energinya sedikit lain.

Perlahan bibirnya bergerak. "Kenapa kamu tidak langsung datang ke rumah saya, Ajeng?"

Suara wanita itu ... aku seperti pernah mengenal suara itu. Tapi di mana? Aku juga tidak mengerti maksud pertanyaannya, memangnya aku mau kerumahnya?

"Putri Tante udah nungguin Ajeng lho ..."

Degg ...

Aku mengingatnya sekarang, wajah, dan suara hantu itu ... Tante Renata ....

Tubuhku mematung seketika, kepala itu melayang mendekat, bau anyirnya sangat kuat, aku memejamkan mata. Aku tidak kuat, tekanannya beebeda.

Kenapa kaki ku tidak bisa digerakkan? Dia semakin dekat, kepalaku mulai pusing.

Organ organ yang menggantung itu benar benar membuatku ingin pingsan.

"Audzu-

"Audzu-

Kini jarak diantara kami tinggal beberapa jengkal, pandanganku sudah mulai buram. Kepalaku pusing, dan telingaku mulai berdenging.

"Ajeeng ...." Dia menyeringai lalu dari mulutnya keluar sesuatu yang lembek dan panjang. Seperti ... tali pusar bayi.

The Twins - Two AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang