Ajeng 22 - Marah

110 14 0
                                    

"Wangi bunga mawar, suara desis ular, dia sudah berada di dekatmu. "


🌹🌹🌹

Kami tumbuh besar bersama, dalam paras yang sama, namun dalam dunia yang berbeda.

Sejak dulu sekali, sudah banyak peristiwa yang kami lalui bersama. Kami melihat dunia dari dua sudut pandang yang berbeda, namun di persatu kan oleh satu temali yang mengikat dua jiwa kami dalam satu rasa.

Nama kami sama, penampakan fisik kami sama, kami saling terhubung satu sama lain, jika ada yang menyakitiku maka dia juga akan ikut tersakiti, jika aku tidak menyukai sesuatu maka dia juga akan membencinya.

Ajeng Ayu Nawangsih - Jika kami bersama, kami akan semakin kuat.

***

Kadang saat melewati tengah malam pada hari hari tertentu, akan di perdengarkan alunan musik gamelan. Alunan musiknya akan begitu menenangkan ketika telinga kalian mendengarnya, bahkan ketika kalian mendengarnya kalian akan dilupakan dengan aktivitas yang tengah menyibukkan kalian.

Seperti mereka yang tengah asik dalam permainan kartu, sampai yang tengah berada dalam sebuah perdebatan. Mereka akan menghentikan aktivitasnya, hanya untuk sekadar memastikan pendengarannya tidak salah tangkap.

Jika di suatu rumah terpelihara seekor anjing, maka anjing tersebut akan melolong lolong panjang seperti tengah menyambut sebuah kedatangan yang besar.

Tirai tirai jendela akan dirapatkan, semua terkunci harus terkunci rapat. Akan ada yang mengetuk pintu utama rumahmu. Tenang, dia hanya memastikan apakah pemilik si rumah masih terjaga atau sudah terlelap.

Biasanya mereka akan memilih pura pura telah terlelap. Atau ada juga yang karena rasa penasarannya tinggi akan keluar rumah untuk mencari si pengetuk misterius. Tapi dia tidak menemukan siapa siapa di depan rumahnya. Karena sudah terlanjur keluar rumah, sekalian saja mengikuti asal suara tabuhan gamelan jawa yang merdu itu. Pada akhirnya dia hanya akan sampai di sebuah rumah.

"Rumahe Syaripudin, ooo pantes. Balik ajalah. "

Namun baru berputar badan hendak melangkah pulang lagi, sudah ada anak kecil berdiri di depannya.

Anak kecil, usianya sekitar enam tahun. Di pukul satu malam.

"Badhe tindak pundi, Pakde? Sampun dalu kok tasih kelayapan boten jelas."
("Mau pergi kemana, Om? Sudah malam kok masih kelayapan tidak jelas")

Jika dalam keadaan normal pasti dia akan memaki, ada anak kecil yang berani mengatai orang dewasa kelayapan. Tapi anak kecil kali ini, anak kecil yang dengan santai berkeliaran di luar rumah di jam satu malam. Berpakaian kebaya berwarna merah, lengkap dengan sanggul dan ada mahkota kecil di kepalanya.

Harum bunga mawar yang amat semerbak juga seketika tercium entah dari mana kedatangannya.

Laki laki itu mematung, wajahnya pucat, lalu ketika kakinya sudah dapat kembali digerakkan dia segera berlari sekencang kencangnya menjauhi tempat tersebut. Bahkan hingga dia terjatuh tersungkur pun ia tidak merasakan sakitnya.

"Pakde... " panggil sebuah suara di belakangnya.

Entah kenapa dia masih menoleh juga. Padahal setelahnya dia dipastikan tidak akan bisa tidur hingga pagi.

The Twins - Two AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang