Ajeng 3 - Santet

242 27 5
                                    

Sudah tiga hari sejak hari itu. Gista, Naumi, dan Mita belum kembali menampakkan diri ke sekolah. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada mereka. Ajeng tidak pernah memberitahuku apa yang ia lakukan pada orang orang yang menggangguku.

Gagal sudah rencana ku untuk memulai cerita kehidupan baru yang lebih baik di awal awal masa SMA ku ini.

Sepertinya takdir ku memang sudah seperti ini,  aku harus bisa menerima semuanya. 

Dan aku tidak menyangka, akan secepat ini beritanya menyebar. Gista yang tiba tiba pingsan setelah meludahiku itu menjadi buah bibir di kelas, bahkan sudah mulai menyebar ke kelas sebelah.

Banyak diantara desas desus itu semuanya menjerumus ke Gista pingsan setelah mendapat gangguan dari makhluk gaib. Dan semakin berkembang lagi hingga, "Ajeng memelihara makhluk halus."

Mereka yang sudah menjauhiku semakin menjauhiku. Mereka yang sebelumnya tidak mengenalku, jadi mengenaliku. Sebagai Ajeng, si Gadis Pemelihara Setan. Aku bahkan sudah mendapat julukan baru. Padahal belum genap dua pekan aku mulai bersekolah di masa SMA ku. Tapi aku sudah langsung dihadapkan dengan cobaan seperti ini.

Sekarang, saat aku berjalan. Akan ada banyak sekali pasang mata yang menatapku, dengan berbagai artian. Tapi, aku bisa apa?

Sepertinya sejak awal peruntungan memang tidak akan pernah berpihak padaku. Sejak masih di Jogja, bahkan hingga kini, saat aku sudah kabur ke Jakarta.

Setidaknya aku masih memiliki Risa, dan Lintang, yang selalu memberiku kekuatan untuk melangkah di bawah hari hari yang gerimis ini.

"Kamu Ajeng, kan?" tanya seseorang tiba tiba, ia menghampiriku masuk ke dalam kelas.

Aku tidak mengenalnya, tapi sepertinya dia kakak kelasku.

"Iya. Ada apa ya, Kak?" tanyaku.

"Kamu di panggil ke BK."

Degg ...

Aku benar benar tidak menyangka, secepat ini masalah ini merambat ke jajaran pihak sekolah. Tapi aku masih mencoba menepis semua pikiran negatif  yang ada, mungkin ada hal lain. Pasti. Semoga memang hal lain, semoga ....

"Sekarang, Kak?"

"Menurut, lo?" Dia lalu melangkah pergi meninggalkan kelasku begitu saja.

"Kita temenin Jeng," Lintang berinisiatif.

Tapi aku menggeleng, aku tidak mau Lintang mendengar banyak hal nantinya. "Terima kasih, tapi aku sendiri aja. Nggak papa," tolakku halus.

Saat aku keluar kelas pun, banyak lagi bisik bisik yang terdengar di telingaku. Tapi aku harus tetap kuat, sekarang aku harus berpikir, tentang apa nanti yang akan ku katakan di ruang BK.

Karena ini jam istirahat, aku banyak bersisian dengan siswa siswi lainnya. Aku benar benar harus menutup telingaku kuat kuat. Bentengku bernama kesabaran, jika sabarku sudah goyah ... Ajeng akan mengambil alih langkahku dan semuanya akan berakhir dengan jauh lebih buruk.

***

Aku sudah duduk di ruang BK. Entah kenapa perasaan benar benar tidak enak. Bu Rini sudah berhadap hadapan denganku, beliau menatapku seksama dari ujung ke ujung.

"Jujur saya tidak tahu harus mulai dari mana. Ajeng Nawangsih, kamu termasuk salah satu murid dengan nilai akademik tertinggi yang diterima di SMA Nusa ini."

Aku menunduk, tidak berani menatap Bu Rini.

"Tapi, tetap ... kamu sudah tahu kenapa kamu hari ini kamu di sini?" tanya Bu Rini, aku hanya balas mengangguk lemah.

The Twins - Two AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang