Malam yang dingin, sepi, dan sendirian. Meskipun sejatinya aku tidak pernah sekalipun benar benar sendirian.
Aku, Ajeng Ayu Nawangsih. Adalah gadis kecil dengan segala anomali di hidupku. Katakan padaku bahwa semua ini adalah anugerah, maka aku pasti tahu saat itu kamu hanya berusaha menghiburku. Tapi biarpun begitu, aku akan mengatakan padamu, kamu adalah orang pertama yang berusaha menghiburku.
Dia, Ajeng Ayu Nawangsih. Yang selalu bersamaku, yang selalu menyertaiku. Dia sudah ada bersamaku bahkan sebelum aku mengetahui keberadaannya.
Dia ada bersamaku dengan sebab yang tidak aku ketahui. Dengan sebab yang menjadi misteri, kenapa kami tidak bisa dipisahkan? Tanyakan pada percobaan, sudah berapa peruqyah yang Bapak datangkan. Tidak puas hasil dari golongan putih, beralih ke golongan hitam. Dukun, paranormal, atau apapun sebutannya, berapa yang berhasil menciptakan harapan keberhasilan? Nol.
Ajeng, seperumpama di ikat rantai berdua denganku. Ajeng bisa keluar dari tubuhku, pergi ke tempat yang jauh. Tapi tidak untuk waktu yang lama, atau masing masing dari kami akan kehabisan energi dan mati (menurut penjelasan salah satu peruqyah dulu.)
Karena keberadaannya yang sudah menyatu denganku, segala yang ia rasakan, aku juga merasakannya. Segala yang panca indranya tangkap, juga tertangkap olehku. Kami tidak bisa dipisahkan, kami sudah di persatukan.
Dari mana asal muasal Ajeng, aku tidak tahu. Kenapa dia bisa menyatu denganku, aku tidak tahu.
Aku sering kali dianggap aneh, bahkan oleh orang tuaku sendiri. Bahkan aku disebut "Anak dengan Kutukan."
Tapi seburuk apapun orang tuaku, sebarapa marah dan bencinya aku pada Bapak. Selalu masih terselip, rasa sayang untuknya. Juga rasa rindu ketika kami jauh.
Sebenarnya niat Bapak baik, dia hanya ingin aku normal. Sama dengan keinginanku. Tapi kenapa Bapak tak kunjung paham, memisahkan aku dengan Ajeng sama dengan menyiksaku. Bahkan mungkin berakhir membunuhku.
****
*author POV(flashback)
Lilin lilin kecil dinyalakan satu persatu, di jejer rapi secara horisontal. Di kamar itu seorang gadis kecil, umurnya lima tahun. Namanya, Ajeng.
Dan ini ... pukul satu dini hari.
Gadis kecil itu tampak riang sekali, beberapa kali bertepuk tangan lalu ber-hore senang. Lampu kamarnya yang telah di matikan menjadikan lilin lilin itu menjadi satu satunya penerangan di kamarnya. Di sekitar lilin lilin itu juga bertebaran permen permen, yang sepertinya memang sengaja ditebar di sana.
Selesai dengan lilin lilinnya, gadis itu naik ke atas ranjangnya. Merangkak rangkak menuju jendela, ia menyibak tirainya. Lalu menempelkan wajahnya di kaca, seperti sedang mencari sesuatu di luar.
Pintu kamar Ajeng sedang tidak tertutup rapat, mungkin gadis kecil itu sengaja atau lupa.
Atau ada yang sengaja sedikit membukanya, agar bisa mengintip apa yang gadis kecil itu lakukan.
Syaripudin dan Sri Ningsih, adalah kedua orang tua dari gadis kecil itu. Sudah hampir setengah jam mereka berdua menajamkan penglihatan dan pendengarannya, meskipun keduanya sebenarnya tidak ingin melihat kejadian ini.
"Mas ..., Ajeng tidak membaik sedikitpun. Sepertinya ruqyah tadi siang juga tidak membuahkan apa apa. Bagaimana ini, Mas?" bisik Sri Ningsih dengan nada sendu kepada suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins - Two Ajeng
HorrorAku mempunyai seorang saudari kembar, namanya sama dengan namaku. Tapi, saudari kembar ku ini yang bisa melihatnya hanya aku. Bahkan ibuk dan bapak tidak bisa melihatnya. Padahal dia tidak pernah jauh dariku, selalu bersamaku. Kami tidak bisa dipis...