* * *
Namaku Ajeng Ayu Nawangsih, kalian bisa memanggilku Ajeng. Sekarang aku sudah duduk di bangku SMA.
Ini adalah ceritaku. Aku berharap, ceritaku akan di mulai dan berjalan dengan baik, seperti apa yang aku harapkan.
Baiklah, akan ku mulai dengan menjelaskan sedikit tentang diriku.
Pertama, aku bukanlah seorang gadis yang cantik, wajahku biasa saja. Standar. Aku hanyalah seorang gadis kutu buku, pendiam. Aku tidak mudah berbaur dengan lingkungan baru. Itulah mengapa sudah dua pekan aku memulai masa sma, temanku masih saja sedikit.
Jangankan teman laki laki, teman perempuan saja aku hanya punya Risa dan Lintang. Risa adalah teman baikku, satu satunya sahabatku. Kami sudah saling mengenal sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia satu satunya yang masih bertahan berteman denganku setelah mengetahui aku anak yang 'berbeda.'
Sedangkan Lintang, ia teman baruku di sekolah baru ini. Lainnya? Sudah, temanku hanya itu saja. Miris bukan?
Di kelas aku duduk di bangku paling belakang. Aku duduk sendirian, aku tidak mempunyai teman sebangku. Risa duduk di depanku, sebangku dengan Lintang. Itu mungkin sebab Lintang bisa berteman denganku, karena dia berteman dengan Risa.
Yang lainnya mungkin menganggap ku tidak ada, mereka hanya menyebut namaku saat menjadikanku bahan olok olokan.
"Eh, Jeng. Ngapain ngelamun?" Risa menepuk pundakku dengan buku yang digulung. Aku sedikit terkejut.
"Iya nih, si Ajeng. Kurang kurangin ngehalunya. Hahaha" Lintang menambahkan lalu tertawa.
"Eh, enggak kok. Aku nggak lagi ngelamun. Sok tau kalian," elakku.
"Eh, novelnya dibaca juga!" Lintang menarik novel di mejaku.
Sebuah novel fiksi bergenre horor yang sebenarnya adalah milik Lintang. Ia belum lama membelinya, dan belum dia baca. Dia membawanya ke sekolah karena tahu dari Risa kalau aku suka membaca novel.
"Katanya enggak suka novel horor, Jeeng. Taunya dibaca juga. Dasar Ajeng," ledek Lintang.
Aku hanya balas terkekeh pelan. Aku memang tidak terlalu menyukai novel bergenre horor, buat apa? Hidupku saja, horornya sudah keterlaluan. Tapi demi menghargai Lintang aku pura pura menyukainya. Tapi aku tidak berpura pura membacanya, aku sungguhan membacanya.
Dan demi mempererat pertemananku dengan Lintang. Satu teman benar benar sangat berarti untukku.
"Ya ... setelah baca prolognya lumayan sih. Sini, Aku mau lanjutin bacanya!"
Aku menarik novel itu dari tangan Lintang. Langsung membuka halaman yang belum selesai ku baca tadi.
"Selesaiin bacanya. Kalau udah selesai, bilang bagus apa enggak. Kalau bagus, aku mau baca. Kalau enggak ..., buat kamu ajalah! Hahaha."
Risa hanya menggeleng pelan, ia menatap sendu kepadaku. Risa tahu tentang rahasiaku.
Lintang memainkan smartphone nya, membiarkanku berkutat dengan novelnya. Novel ini cukup bagus sebenarnya, bercerita tentang seorang anak indigo yang terjebak di sekolah baru, yang ternyata sekolah itu sangat angker. Dan penghuninya tidak pernah berhenti mengusiknya. Judul novelnya, "Tentang Mereka."
Aku benar benar menyukai cerita novel ini. Andai saja ... andai saja .... Andai saja aku bisa membaca novel ini sendirian, dengan tenang, dan tanpa gangguan. Sebenarnya tidak ada genre novel yang tidak aku sukai. Termasuk genre horor sekalipun. Semua cerita dalam novel itu tidak ada yang tidak menarik, semuanya menarik.
Fuushhhh ....
Udara dingin berhembus membelai tengkukku. Melalui telingaku, aku bisa mendengar suara napasnya yang keluar masuk dengan sangat cepat. Juga suara menjijikan pileknya yang ikut tertarik masuk dan kembali terdorong keluar oleh napasnya yang tidak beraturan itu.
Aku selalu tidak pernah terbiasa dengan ini, meskipun aku biasa melihat mereka. Biasa tidak berarti terbiasa, bukan?
Inilah sebab dari kenapa aku kurang menyukai novel bergenre horor dibandingkan debgan genre novel lainnya. Novel horor selalu tentang mereka ...
Dan ketika kita membaca atau bercerita, atau apapun itu. Selama itu sesuatu yang menurut kita menarik, dan itu tentang mereka. Tidak hanya kita.
Mereka ..., juga ikut tertarik untuk mendekat.
Aku selalu berusaha mencoba untuk tidak peduli, mencoba mengabaikan. Tapi sayang, entah dari mana datangnya ... aku selalu penasaran dan ingin memastikannya. Meskipun setelah itu, selalu berakhir dengan penyesalan.
Aku menoleh perlahan, iris mataku bergerak lebih dulu. Seolah tidak sabar untuk melihatnya. Dan dadaku, selalu saja berdetak lebih cepat.
Aku sempurna menoleh ke belakang, sempurna dengan penyesalan. Aku bisa melihatnya, aku benar benar bisa melihatnya.
Kami bahkan saling tatap.
Aku melihat wajahnya yang besar ..., besar dan penuh dengan lendir.
Kepalanya botak, dan dari hidungnya ... keluar masuk cairan kental berwarna oranye.
Hoekk ... emm!!
Aku berusaha mati-matian menahan mual. Baunya seperti sepuluh kilogram ikan laut yang sudah mati membusuk, dan itu lima belas senti di depan wajahmu. Dan yang paling sial dari semua ini, ketika aku melihat sesuatu. Terkadang aku tidak bisa langsung menoleh membuang pandangan ke arah lain. Aku dipaksa melihatnya sampai aku benar benar tak kuat menahan mual.
Sosok itu tersenyum, membuatnya semakin mengerikan. Mulutnya bertambah lebar, dua sudut bibirnya naik hampir menyentuh kelopak matanya.
Hihihihihi ....
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk,"
Hah!
Makhluk botak berlendir itu mundur dua langkah, lalu melangkah ke samping hendak pergi.
Napasku masih tersengal, dadaku masih berdebar. Sosok itu belum menghilang dari pandanganku.
Dia melangkah pelan sekali, mungkin karena dia tidak memiliki kaki. Dia berjalan dengan dua tangannya yang panjang. Setiap tapak tangannya meninggalkan jejak lendir yang baunya amis sekali.
Tapi tiba tiba dia berhenti. Tubuhnya bergetar, lalu seperti kejang kejang. Lalu dia diam.
HOEEKKK .....
Makhluk itu muntah. Mengeluarkan gumpalan gumpalan lembek berair berwarna hitam, banyak sekali belatung kecil menggeliat di sana. Dan baunya jangan tanya.
Hiii!
Aku menutup mulutku dengan jilbabku. Juga langsung memejamkan mataku. Kepalaku langsung terasa sedikit pusing. Aku paling tidak bisa menahan ketika melihat yang seperti ini.
Aku kembali menghadap ke depan, menutup wajahku dengan novel Lintang.
"Ya Allah ..."
###
Tinggalkan jejak my friends ...
Vote&comment ...!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins - Two Ajeng
HorrorAku mempunyai seorang saudari kembar, namanya sama dengan namaku. Tapi, saudari kembar ku ini yang bisa melihatnya hanya aku. Bahkan ibuk dan bapak tidak bisa melihatnya. Padahal dia tidak pernah jauh dariku, selalu bersamaku. Kami tidak bisa dipis...