Ajeng 14 - Generasi ke-8

194 17 2
                                    

☁☁☁

wa qur robbi a'uuzu bika min hamazaatisy-syayaathiin, wa a'uuzu bika robbi ay yahdhuruun

"Dan katakanlah, Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku."

(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 97-98)

☁☁☁☁

Mobil kami telah melesat sejak enam menit yang lalu, menuju rumah Wiska yang berlokasi di Jakarta Timur. Arif yang mengemudi, sebenarnya aku sempat melarangnya karena melihat wajah Arif yang terlihat amat cemas. Ia seperti takut, namun ia berusaha menutupi rasa takut itu.

Lintang dan Risa terlihat sangat bersemangat, berkebalikan dengan Arif.

"Jeng, nanti kalau disana kamu lihat makhluk halus, bilang ya!" seru Lintang.

"Buat apa?" tanyaku heran.

"Ya aku mau tahu aja. Dia di mana, wujudnya kayak apa, ya Ajeng ya!"

"Siapa tahu setannya ada yang ganteng ...."

"Please Ajeng ...."

Aku hanya geleng geleng kepala dengan tingkah temanku ini, tapi setidaknya kehadiran Lintang dan Risa bisa membuatku merasa lebih baik. Meskipun disaat yang sama aku juga merasa cemas, kalau kalau Risa dan Lintang kenapa-kenapa di sana nanti. Aku tidak tahu ada apa disana nanti, dan jujur aku juga sedikit bingung kenapa aku merasa ingin sekali kesana.

Semoga saja, disana nanti kedatanganku yang jauh jauh ini sedikit terbayarkan.

BRUKK!!

Tiba tiba terdengar sesuatu di atas mobil, seperti ada sesuatu yang jatuh.

"Apaan tuh?!" seru Risa terkejut.

Arif mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat. "Kalian jaga omongan."

"Hah, apa?"

"Kak Arif benar. Kita nggak boleh ngomong sembarangan." Aku membenarkan ucapan Arif, Lintang dan Risa mulai saling tatap.

Lalu Lintang bertanya dengan suara rendah, "Di atas?"

Aku mengangguk. Risa dan Lintang yang duduk di kursi belakang mulai saling merapatkan diri.

"Nggak usah takut. Cuman monyet kok, dia nggak berniat ganggu," kataku menenangkan.

"Mon-nyet?" tanya Lintang.

"Iya. Monyet, cuman monyet kecil yang imut," kataku sambil tersenyum.

Memang benar di atas mobil ini ada sesosok makhluk tak kasat mata, aku bisa merasakan kehadirannya. Tapi aku tidak tahu bagaimana wujudnya, yang aku rasakan energinya lemah dan tidak mengancam. Jadi aku permumpamakan saja dia monyet kecil.

Selama dia tidak mengganggu, aku tidak mau menggubris kehadirannya.

"Kak Arif, Wiska itu orang yang seperti apa sih?" tanya Risa terlihat penasaran, meskipun ia juga terlihat takut disaat yang sama.

The Twins - Two AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang