wa min syarrin-naffaasaati fil-'uqod"dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),"
(QS. Al-Falaq 113: Ayat 4)
******
***
Aku benar benar sulit untuk terlelap, pikiranku masih jauh melayang tentang Gista. Arif membenarkan kalau Gista sedang terkena santet, ia bilang sedang ada konflik di keluarga mereka.
Dasar manusia, selama nafsu yang di ikuti, maka tidak akan ada kata cukup. Padahal nanti ketika mati, semua yang di miliki juga ditinggal. Sampai bersekutu dengan iblis, dan saling membunuh dengan saudara sendiri, tidak tahukah konsekuensinya begitu besar. Allah SWT maha pengampun, dosa sebesar apapun akan diampuninya, kecuali dosa syirik. Dan perjanjian dengan iblis tidak akan berakhir bahkan ketika kita mati.
"Aku harus ke tempat Gista!"
Tiba tiba Ajeng menatapku, lalu menggelengkan kepalanya.
"Sebaiknya jangan ...," katanya.Aku balas menatapnya. "Kenapa? Namaku akan semakin buruk di sekolah, apalagi jika sesuatu
terjadi pada Gista.""Lagi pula kamu juga turut bersalah. Kamu menampakkan diri pada Gista di sekolah, lalu malamnya ... aku yakin kamu mendatanginya lagi!" ketus ku, bagiku Ajeng juga turut bersalah.
"Aku hanya menegur, agar dia tidak seenaknya. Tapi sihir itu, bukan dari ku."
"Aku tahu itu. Tapi aku yang tertuduh di sini!"
"Sebaiknya jangan ... mereka bukan jin biasa. Kamu tidak akan bisa berbuat banyak."
"Aku tidak takut. Mereka juga makhluk Allah, sama sepertiku. Tanpa seizin-Nya, tidak ada yang akan terjadi."
Ajeng terlihat tidak menyukainya, entah kenapa dia terlihat seperti ... cemas.
***
Drrrt ... Drrrt ...from : +6285229723097
Ini gw Arif, kondisi Gista makin gawat.Aku menatap layar ponselku, tekadku semakin bulat, aku akan pergi malam ini juga.
To : +6285229723097
Kirim alamatnya, aku kesana sekarang.Tidak lama setelah itu Arif mengirimkan alamat rumah Gista. Ajeng masih menatapku sambil menggeleng pelan, entah kenapa dia tiba tiba jadi seperti ini. Tapi aku tetap akan pergi, dengan atau tanpa Ajeng.
"Kamu bisa tinggal, aku nggak minta kamu ikut," kataku pada Ajeng.
"Kalian juga nggak usah ikut!" tambahku lagi, sambil kutatap empat pocong di sudut kamarku bergantian.
Sebenarnya yang aku lihat hanya tiga pocong, tapi Ajeng bilang pocong penjaganya ada empat. Katanya satu pocong yang lainya itu yang paling kuat, dia hanya muncul disaat saat darurat.
Akhirnya aku benar benar pergi ke rumah Gista malam ini. Sebelum mas driver ojol datang aku menyempatkan untuk mengambil air wudhu. Meskipun entah kenapa tiba tiba perasaanku jadi tidak enak, tapi aku tetap harus pergi.
Bismillahirrahmanirrahim ....
***
Pukul 22.40.
Udara malam ini entah kenapa seperti terasa berbeda dari malam malam sebelumnya. Ketika memasuki kompleks Bakung, udara benar benar semakin terasa semakin berbeda. Ada hawa panas yang terselip diantara hembus anginnya, suasana sekitar juga terlihat begitu sepi. Semua pintu rumah sudah tertutup rapat, tak ada satupun warga yang aku lihat masih berada di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins - Two Ajeng
HorrorAku mempunyai seorang saudari kembar, namanya sama dengan namaku. Tapi, saudari kembar ku ini yang bisa melihatnya hanya aku. Bahkan ibuk dan bapak tidak bisa melihatnya. Padahal dia tidak pernah jauh dariku, selalu bersamaku. Kami tidak bisa dipis...