*Vote, oke?" ✌
_______________________________________
"Mau kemana?!"
Telingaku berdenging, kepalaku berdenyut, kuat sekali. Aku jatuh terduduk di lantai, kepalaku seakan mau pecah, meledak. Ya Allah ....
"Ajeng, kamu kenapa?"
"Ajeng?"
"Ajeng!"
"Jeeng!!"
"Sadar, Jeng ..."
Ngiingggggggggggggggggggg ...!!
HRRRR ...
Aku tidak bisa bernapas, sebuah telapak tangan kasar dan berbulu tiba tiba mencengkeram kepalaku.
Cengkeramannya kuat sekali, aku tidak bisa berontak. Lalu tangan itu menarik wajahku dengan paksa. Dan dari belakang tubuhku. Di saat yang bersamaan ... juga banyak sekali tangan tangan terulur menarikku ke belakang.
"Lepaskan tangan tangan kotor kalian, Jin Rendahan!"
Itu suara Ajeng, tidak berselang lama setelah itu dari arah belakangku riuh ramai oleh suara jeritan yang amat memilukan.
Tubuhku terjungkal ke depan, tangan berbulu yang mencengkeram kepalaku sudah tidak ada lagi. Aku jatuh terjerembab, tubuhku tiba tiba terasa panas sekali. Dan entah dari mana sebuah cahaya yang amat terang muncul menyilaukan mataku.
SPLASH!!
....
Lamar lamat aku mendengar suara Risa melantunkan surah Al-fatihah.
"Ihdinash-shiroothol-mustaqiim ..."
"Tunjukilah kami jalan yang lurus,""Shiroothollaziina an'amta 'alaihim ghoiril-maghdhuubi 'alaihim wa ladh-dhooolliin."
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."....
Begitu cahaya yang amat menyilaukan tadi menghilang, aku pelan pelan membuka mataku. Apa yang pertama kali aku lihat adalah wajah Risa.
"Ajeng udah bangun. Alhamdulillah ...."
Aku sudah terbaring di ruang UKS.
"Sekarang, jam berapa?" tanyaku, kepalaku masih sedikit pusing.
"Jam dua," ucap Risa sambil menunjukan arlojinya.
Aku mengusap wajahku, astagfirullah ... jika aku terus seperti ini, kehidupanku akan semakin hancur.
Aku akan semakin sulit untuk membuat semua ini berjalan sedikit ... normal. Mereka semakin mengusik duniaku, apa tempatku sejak awal memang sudah salah?
"Mau kemana, Jeng?" tanya Risa ketika melihat aku bangun dari ranjang.
"Salat," jawabku singkat.
Risa membantuku berjalan karena aku sempat terhuyung hendak jatuh. Aku tersenyum menatapnya, terima kasih Risa .... untuk selalu menjadi sahabatku, selalu menemaniku, menemaniku bersama duniaku yang berkabut.
Risa balas tersenyum. Senyum itu, senyuman sederhana yang pernah menyelamatkanku. Menyelamatkanku ketika aku hendak terjatuh, terjatuh ke sebuah lubang yang apabila aku sampai benar-benar terjatuh ke dalamnya waktu itu. Aku tidak akan masih berdiri di sini sekarang, berdiri sebagai seorang yang masih menyebut dirinya manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins - Two Ajeng
HorrorAku mempunyai seorang saudari kembar, namanya sama dengan namaku. Tapi, saudari kembar ku ini yang bisa melihatnya hanya aku. Bahkan ibuk dan bapak tidak bisa melihatnya. Padahal dia tidak pernah jauh dariku, selalu bersamaku. Kami tidak bisa dipis...