Ajeng 23 - Kesurupan

117 10 8
                                    

"Adakalanya aku benar benar tidak mengerti dengan diriku sendiri, dengan apa yang aku rasakan. Kenapa aku senang, kenapa aku bersedih, kenapa aku takut, kenapa aku marah. Dan hingga kenapa aku harus merasakan semua ini?"

The Twin -

Selamat, membaca🐍

****

'Ceklek!' Aku menutup pintu ruang kelas lima. Meninggalkan mereka berempat dengan beragam kondisinya. Dua darinya pingsan, dua sisanya tengah terkulai lemas dengan wajah pucat.

"Ampun ampuuun ...." Itu yang tadi mereka ucapkan.

Aku memang sedikit bermain main dengan mereka berempat. Walau sebenarnya aku hanya berdiri diam. Ajeng yang mendatangkan mereka semua.

Dimulai dari enam prajurit berbalut kain kafan putih yang lusuh, melayang pelan memasuki ruang kelas tersebut. Wajah mereka tidak terlihat jelas, karena sudah hancur tak berbentuk. Mereka tidak berbuat apa apa hanya melayang dan berlalu begitu saja. Tapi itu sudah cukup membuat empat preman sekolah itu berteriak tanpa suara. Mereka tidak bisa bergerak, pun tidak bisa menyangkal apa yang ada didepan matanya.

Mereka tidak mungkin pernah membayangkan kejadian seperti ini sebelumnya, mendapati pawai hantu di siang hari. Di kelas mereka.

Lalu berikutnya empat sosok berkulit hitam keriput berjalan tertatih muncul begitu saja dari tembok, mereka berjalan terseok seok. Tulang kaki mereka seperti sudah tidak pada posisi yang semestinya. Dan mereka tengah memikul sebuah keranda mayat. Mereka dari tadi bergumam tidak jelas, mata mereka jelalatan ke segala arah.

Dan yang mereka pikul berempat itu juga bukan keranda biasa, pasalnya keranda itu tanpa di tutupi kain seperti seharusnya.

Sehingga dapat terlihat jelas juga apa yang tengah berbaring dengan balutan kain putih di dalam keranda tersebut.

Dan yang tengah berbaring di sana itu, terlihat masih menggeliat berusaha bergerak.

Dan dapat di dengar lirihnya dari sana, "to-tolong sayaa! Sa-saya, belum matiiii ...!"

Mata keempat preman sekolah tersebut terbelalak dan kian terbelalak lagi ketika keranda terebut bergoyang. Sehingga yang tengah terbaring di keranda tersebut juga ikut tergoyang dan posisinya berubah, dan wajahnya yang pucat terlihat jelas.

Wajahnya, adalah wajah salah satu dari mereka berempat.

*

Si pemilik wajah yang asli seketika terhuyung, kakinya seperti kehilangan tulang. Ia rubuh, tapi Ajeng belum mengijinkannya pingsan. Mereka masih harus melihat apa lagi yang mampu Ajeng lakukan.

Hingga pada akhirnya, mental mereka benar benar roboh ketika segerombolan anak balita telanjang berlarian di kelas, lalu mengerubungi mereka.

Tapi tentunya mereka bukan anak balita yang berwajah lucu lucu, jangankan wajah, kepala saja mereka tidak punya.

"AAAAAAAAA!"

"AMPUUUUN AMPUUUUN!"

"TOLONG UDAH TOLOOOONGGG, HWA HAAAAAA!!"

"HWAAAAAAAAA!" teriak mereka saat mulut mereka di ijinkan berteriak. Tapi ampunan belum diberikan oleh Ajeng.

Semua rombongan yang di panggil Ajeng mendekat, mengerumuni empat anak yang sudah hampir hilang kesadarannya tersebut. Dari enam makhluk berbalut kain kafan, dengan kepala di kuncir. Lalu kelompok makhluk hitam pembawa keranda, ular ular berkepala manusia, lalu rombongan balita tanpa kepala yang semakin buas mencakar cakar mereka. Dan sepertinya beberapa penghuni sekolah ini juga ikut tertarik mendekat, tapi mereka hanya datang sebagai penonton.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Twins - Two AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang