Happy reading....
Aku harus apa sekarang?
Baru saja aku ingin bertanya ke Ayah tentang kejadian kemarin. Tapi Ayah sudah pergi lebih dulu. Pekerjaannya sebagai salah satu ajudan negara membuatnya harus pergi sepagi ini.
Bertanya pada Ibu? Apa ibu mengetahui sesuatu juga. Mungkin saja, ibu mungkin tahu beberapa hal tentang masa lalu keluarga Ayah.
Aku melangkah cepat meninggalkan dapur. Pagi pagi seperti ini Ibu pasti sedang mengurus tanamannya. Aku mencari ke halaman samping rumah, mendapati wanita paruh baya sedang menyiram bunga kesayangannya.
Bersenandung pelan dengan senyum bahagia tertera disana. Kusuka pemandangan seperti ini.
"Bunda...." Kupanggil dia sembari melangkah mendekat kearahnya. Senyum dibibirnya semakin bertambah, menciptakan rasa sejuk melihatnya.
Ahh, indah sekali.
"Kenapa sayang?" Ibu meletakkan alat penyiram tanaman itu, lalu mengambil tanganku. Menarikku duduk dikursi taman.
Ku tarik nafas pelan lalu bersandar dibahu miliknya.
"Bun, Sysy mau nanya sesuatu yang saaaaangat penting!" Ibu tertawa pelan mendengar nada bicara ku, kubuat wajahku seimut mungkin sampai ibu mencubit hidung ku pelan."Anak gadis bunda mau nanya apa, hm?" Ku angkat kepala ku dari bahu ibu lalu menatapnya serius.
"Eem, bunda tau sesuatu gak soal nenek buyut Ayah yang pernah ke dunia lain?" Ekspresi ibu yang semula tersenyum berganti menjadi raut wajah berfikir, ibu terlihat mencoba mengingat sesuatu.
Aku berdoa semoga saja ibu tahu sesuatu. Pikiranku benar benar terbebani dengan masa lalu keluarga ku.
"Iyya, Bunda pernah di ceritain Ayah kamu. Tapi waktu itu ibu hamil Kakak kamu. Kenapa emang Sysy nanya kayak gitu? Sysy tau sesuatu yang lebih?"
Aku mengangguk, "Apa Sysy itu generasi ke tujuh dari nenek itu?"
"Kita liat di buku silsilah keluarga ayah, ayo!"
Aku berdiri mengikuti langkah Ibu. Ibu naik ke lantai atas rumah. Membawa ku ke perpustakaan kecil yang sengaja dibuat melihat kegemaran ku dalam membaca buku.
"Sebenarnya ada apa sampai kamu nanya tentang nenek buyut Ayah dan kamu generasi ke berapa?" Ibu bertanya sembari memelankan langkahnya saat telah sampai di rak khusus buku buku lama.
"Kemaren pas Sysy datang ke pemakaman Dewi, Sysy ketemu sama orang asing yang kenal sama wajah Sysy apalagi pas Sysy kasih tahu nama lengkap Sysy, dia langsung bawa Sysy ke rumahnya. Teruskan, dia minta tolong buat bantu dia pergi ke dunia ramalan. Katanya cuma Sysy satu-satunya generasi perempuan cucu nenek buyut, yang bisa bawa dia ke sana."
Ibu termenung cukup lama, sampai dia dengan cepat mencari buku di rak khusus buku keluarga. Tangannya menarik sebuah buku tebal berwarna coklat kusam. Meletakkannya ketempat meja untuk membaca. Aku mengekor dibelakang ibu lalu berdiri disampingnya saat Ibu mulai membuka buku.
"Apa orang itu dia?" Ibu menunjuk lukisan sebuah keluarga kerajaan, tepatnya ke salah satu Pangeran yang tengah berdiri tegap menggandeng lengan seorang gadis remaja.
"Itu Tyrion?" Kucoba lihat baik baik dan ternyata benar itu memang Tyrion. Pria tinggi dengan rambut hitam legam juga netranya yang biru jernih. Dan saat kuperhatikan kembali gadis remaja yang digandengnya, wajah gadis itu benar benar familiar. Dia mirip....
Dewi!
Iyya, dia begitu mirip dengan Dewi rambut ungu gelap yang dulu selalu dikira cat rambut ternyata adalah rambut aslinya. Tapi jika Dewi sudah ada disana dari dulu, kenapa Tyrion pernah bilang jika dulu Dewi adalah manusia murni tapi sekarang sudah tidak lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎
Fantasy𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 * * * Membantu menemukan penyebab dibalik ditemukannya Dewi dalam keadaan mengenaskan membawaku pada sebuah pengalaman panjang. Awalnya semua biasa saja, kami datang mengucapkan bela sungkawa ke...