"Kapan kalian bertemu?"
Aku mengangkat pandangan. Setelah lama memelototi meja besar didepan ku. Berada di tempat seperti ruang rapat membuat ku cukup gugup dengan pembahasan ini.
"Saat aku keluar di taman bersama Zani dan Kak Zico. Dia datang."
Terdengar suara helaan nafas, aku kembali menunduk. Pembahasan ini dimulai beberapa jam yang lalu, meski kami lebih banyak diam. Sepertinya sikapku pada Kaisar mesum itu akan membuahkan sebuah masalah besar.
Aku sesekali memejamkan mata, mengingat bagaimana bentakan juga tamparan yang kuberikan padanya. Hal itu pasti merusak harga diri seorang Kaisar didepan rakyatnya. Tidak dapat di pungkiri lagi, namaku sudah menjadi topik hangat pembicaraan mereka.
Baru lebih sehari aku tinggal disini, aku sudah membuat masalah. Bahkan merusak nama baikku sendiri. Bodoh sekali.
Tuan Elvern berdiri, berjalan lambat menuju sebuah rak tinggi berisi banyak buku buku tebal. Bahkan mungkin setiap sudut dinding ruangan ini penuh, terisi buku.
Namun rak yang didatangi tuan Elvern terlihat berbeda. Rak nya lebih tinggi dan terawat. Berisi banyak buku tebal yang sangat menarik perhatian ku sejak kali pertama memasuki ruangan ini.
Pria tinggi itu mengambil satu buku paling tebal, dengan hati hati. Tersimpan di rak paling atas dan terlihat sengaja disembunyikan, karena letaknya paling belakang diantara dua susunan buku.
Membawa buku itu tepat di atas meja bundar di hadapanku. Tatapan orang orang tertuju padaku. Saat buku itu dengan cepat bersinar, terbuka dengan sendirinya.
Aku terkejut. Memandang lekat buku dengan kertas kecoklatan bersampul ungu kelam. "I-ini?" Aku bertanya terbata, mengangkat pandangan memandang tuan Elvern.
Suami Hadria itu juga memandang buku ungu yang ia bawa tadi. "Buku ramalan tentang mu." Ujarnya saat ia mengalihkan pandangan kearah ku.
Aku kembali mengambil nafas berat. Rasanya sangat berat mengetahui sesuatu yang seperti ini, punya ketersambungan besar padaku.
"Coba baca isinya. Setiap kali buku itu bersinar, itu berarti ada tulisan baru yang muncul." Hadria ikut menyahut, setelah sedari tadi hanya diam.
Aku memandang nya lalu mengangguk, mengangkat tangan yang sedari tadi tersembunyi dibawah meja. Menatap satu lembar ukiran tulisan yang muncul di bagian kertas kosong.
Tulisannya berbentuk aneh, tapi aku bisa membacanya karena mengerti bahasa negeri ini dengan bantuan pil penerjemah.
Kisah yang ditulis hanya menceritakan saat dimana pria bertopeng, yaitu Kaisar mesum bertemu denganku, melakukan tindakan yang membuat ku ternyata salah paham.
Pandangannya yang menunduk bukan karena melihat kearah bagian vital tubuhku, tapi yang ia perhatian adalah kalung beraroma lavender milikku. Kalung yang diberikan oleh kakek.
Buku ini, sedetail itu menuliskan sebuah kisah yang terjadi padaku. Aku sampai tercengang membacanya. Ditambah buku itu mengatakan jika pria yang kutemui itu adalah Kaisar besar pemimpin Neoempheria.
Aku menampar Kaisar di pesta pernikahan adiknya. Aku, aku sungguh bodoh. Apa perlu aku meminta maaf?
"Meminta maaf? Mungkin itu perlu kau lakukan."
Seperti sebelumnya, tuan Elvern bisa membaca pikiran ku. Ia terlihat lebih tertarik saat aku memutuskan untuk meminta maaf.
"Akan lebih baik jika memang kau meminta maaf. Tapi ingat, jika keputusan mereka berbeda, jangan pernah merendahkan diri dan membiarkan mereka merendahkan mu. Paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎
Fantasy𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 * * * Membantu menemukan penyebab dibalik ditemukannya Dewi dalam keadaan mengenaskan membawaku pada sebuah pengalaman panjang. Awalnya semua biasa saja, kami datang mengucapkan bela sungkawa ke...