"Hahahahahahaha."
"Heh! Itu pita suara lo gak putus apa ketawa mulu, sumpah ya kalo lo sakit hati juga, gue yang jadi orang terdepan ngetawain elo!"
Kak Zico menatap marah melihat Zani yang tak henti hentinya tertawa. Zani masih saja tersenyum geli mengetahui kenyataan tentang perasaan kak Zico. Miris sekali sebenarnya melihat kak Zico terdiam memikirkan banyak hal.
"Dahlah, Bang. Istri orang itu."
"Ho'oh, kasian istri orang itu. Cari yang lain gih, tapi jangan sama gue. Gue mau nyari yang lebih menantang."
Lemparan kulit buah mengarah tepat ke wajah Zani. Kak Zico sebagai pelaku pelemparan nya terlihat semakin kesal mendengar penuturan Zani.
"Iddih, siapa juga yang mau sama bungkusan singkong kayak lo!"
"Singkong?! Heh! Dari mananya gue mirip singkong. Cantik gini juga." Zani berteriak tak terima. Melempar kembali kulit pisang berwarna cokelat tadi.
"Cantik apaan! Cantikan juga suster ngesot."
Aku kembali tertawa keras juga mendengar cibiran kak Zico. Demi apa, Zico membandingkan kecantikan Zani dengan suster ngesot!
"Tadi singkong, sekarang suster ngesot. Nah lu sekalian gue sebut Tengkorak kerdil!"
"Kerdil?! Lu kali kurcaci."
Dan yah, perdebatan pun terjadi. Segala jenis ejekan berbentuk perumpamaan mereka sebut. Saling menatap kesal juga melempar sesuatu yang bisa diraih tangan mereka.
Diantara kemewahan acara ini. Mungkin hanya meja yang kami tempati adalah meja paling berantakan juga berisik. Sudah pasti enak untuk menjadi sasaran empuk topik pembicaraan bagi para bangsawan disini.
Aku peduli sebenarnya dengan keadaan ini. Tapi, aku terlalu lelah hanya untuk mengingatkan dua manusia didepan ku ini.
Baru saja tanganku ingin menghentikan aksi jambak yang akan terjadi diantara mereka, lengan kananku malah tergores cukup dalam pada vas tinggi tempat bunga tulip tadi.
Aku meringis keras saat merasakan goresan itu terasa perih dan mulai mengeluarkan darah. Aku semula ingin bersikap biasa saja, tapi cairan berwarna ungu pekat yang merembes keluar dari luka goresan itu membuatku terkejut.
Ku pandang horor juga takut darah yang mengalir dari pergelangan tangan ku itu. Cairan itu perlahan menetes kebawah, membasahi bunga tulip merah muda itu.
Hawa panas dari bawah membuatku bergerak cepat. Api keluar dari satu tetesan itu, merembet hingga membakar keseluruhan bunga. Bukan api biasa yang berwarna merah. Tapi biru keunguan.
Rasa perih di tanganku seakan tak terasa sama sekali. Fokus ku hanya tertuju pada darah ungu dari lenganku juga semburan api biru dari tetesan itu. Ini sungguh tidak masuk akal. Apa yang terjadi denganku?!
"Sy."
Panggilan samar terdengar. Aku mengangkat wajah, semakin terkejut saat tidak menemukan seorang pun disini. Hanya ada ruang kosong dari tempat pesta.
Aku menoleh melihat sekitar dengan gusar, dimana semua orang?!
"Sybil lukela lorenza."
Aku berbalik cepat, sebuah cahaya vertikal melebar tepat di sana. Membentuk sebuah tubuh wanita bergaun putih, rambut silver sepanjang punggungnya berterbangan diterpa angin yang ia bawa sendiri.
"Bagaimana harimu disini?"
Aku mengerutkan kening. Dia bicara seolah kami sudah mengenal lama. "S-siapa, kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎
Fantasy𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 * * * Membantu menemukan penyebab dibalik ditemukannya Dewi dalam keadaan mengenaskan membawaku pada sebuah pengalaman panjang. Awalnya semua biasa saja, kami datang mengucapkan bela sungkawa ke...