FOURTEEN

9 3 0
                                    

Perasaanku bercampur aduk sekarang. Sulit dipercaya jika semudah itu Kak Zico membuat roda kereta berhenti karena ia lempari kayu. Menyumbat jaring rodanya hingga tidak bisa berputar.

Belum lagi Tyrion yang mulai menakuti mereka. Menggoyangkan dedaunan disekitar, lalu melempar hal hal dari arah berbeda beda. Kadang batu kecil lalu kayu.

Apa ini tidak terlalu konyol? Maksudku, mereka bukan  manusia biasa yang mungkin akan takut dengan hal hal mistis. Mereka punya kekuatan yang bisa melindungi mereka, yah meskipun mereka semua perempuan.

Aku tersentak saat tanganku ditarik cepat oleh Zani. Membawaku kearah belakang dari kotak besar yang mungkin berisi pakaian.

"Lo masuk gue yang jaga disini!" Zani mengarahkan ku untuk masuk ke pintu kotak. Ia melirik sekitar dengan waspada.

"Harus gue gitu?"

Zani melempar tatapan kesal. Aku tersenyum paksa sebelum menoleh masuk kedalam. Ini untuk terakhir kali Sy, semangat.

Aku menyembulkan wajah kedalam kotak. Banyak tumpukan pakaian berupa dress dress bermotif rumit juga jubah jubah panjang. Dan anak kecil.

Hah? Anak kecil?!

Ku pandang dengan raut kaget gadis yang ku duga masih berumur empat atau lima tahun itu. Ia memandangku dengan tangan memegang buah apel yang sisa setengah ia makan.

Apa yang harus aku lakukan. Kutelan saliva pelan.

"Adik manis, Kakak minta empat jubahnya yah? Kakak benar benar membutuhkannya, oke. Tapi kakak mohon jangan mengatakannya pada orang lain, yah?"

Kutatap dia seksama. Takut sekali jika sampai dia berteriak memanggil orang orang diluar. Namun, sedari tadi dia hanya terdiam memandangiku mengambil dua jubah hitam untuk Tyrion dan Kak Zico, satu jubah merah dan juga berwarna silver.

Ku pandang waspada anak kecil itu, dia masih terdiam memandangku. "Em, Kakak pergi. Terima kasih jubahnya."

Ku beranikan diri menepuk pelan kepalanya lalu tersenyum. Yah ini sebagai penenang agar dia tidak berteriak.

Setelahnya aku keluar cepat dari dalam kotak. Memeluk erat empat jubah curian itu. Zani masih memandang waspada orang orang didepan kereta. Ku tepuk pelan bahu kanannya hingga ia berbalik dengan raut kaget. "Astaghfirullahhaladzim!!"

"Sssttttt!" Ku arahkan jari telunjuk kananku ke depan bibirnya. Melotot karena dia berucap cukup keras.

Kali ini aku yang menarik Zani cepat. Kembali bersembunyi dibelakang pohon tempat kami tadi bersembunyi.

Nafasku memburu karena berlari cepat. "Zan--" Ku hirup udara rakus lalu kembali lanjut berbicara, "tadi... Ada anak kecil, di dalam kotak!!"

Zani menganga memandangku. "Dia ngeliat lo?!"

Aku mengangguk pelan. "Iya, tapi dia gak teriak sama sekali. Dia kayak lagi sembunyi juga di sana. Atau dia emang sengaja di sembunyiin?"

Raut wajah polos dan rambut pirang gadis kecil itu terlintas di benakmu. Rasa khawatir tiba tiba menyeruak masuk. Bagaimana jika ternyata anak itu ingin  dibuang ke suatu tempat.

Tapi, jika tidak bagaimana?

"Yak... Udahlah, yang penting kita dapet jubah, dia juga enggak ngapa ngapain kan? Jadi bukan urusan kita sekarang," ucap Zani.

"Gimana? Dapet jubahnya?" Kak Zico datang, bersamaan dengan datangnya Tyrion. Ia merapikan bajunya yang sedikit kusut.

Bagaimana tidak, ia bahkan naik keatas pohon hanya untuk menjatuhkan banyak batu dari atas. Nekat sekali. Untung saja batunya hanya bebatuan kecil. Hingga tidak terlalu beresiko melukai orang.

𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang