TWENTY

8 2 0
                                    

Langkah bibi Khell membawa kami melewati lorong lorong sepi. Merasakan hangat dari api penghangat dan cahaya lampu yang entah terbuat dari apa. Ornamen istana yang didominasi ukiran bunga fynn membuat suasana terkesan ceria.

Wangi harum dari bunga cantik berwarna ungu itupun memenuhi ruangan. Setelah melewati berbagai belokan kami sampai pada sebuah pintu besar juga tinggi berwarna coklat.

Prajurit yang menjaga di kedua sisi pintu membukanya. Terlihat lagi sebuah lorong panjang yang lebih lebar didepan sana. Namun disampingnya terdapat banyak pintu berjejer dengan spasi yang cukup jauh, saling berhadapan layaknya kamar apartemen.

Sebanyak ini kamar istana? Menakjubkan sekali. Ku ikuti instruksi bibi Khell untuk melangkah menuntun kami ke kamar pertama disebelah kanan pintu masuk.

"Ini kamar nona Zani. Anda bisa masuk dan barang barangnya dibawa kemari tadi, Nona Xymie yang menunjukkan nya."

Setelah mengucapkannya bibi Khell membuka pintu selebar bentangan tangan itu. Zani masuk kedalam dengan takjub. Kamar tamu saja seluas ini, bagaimana dengan kamar pemilik rumah ini. Pasti akan lebih dari ini.

"Nona Sybil, mari saya antar ke kamar anda."

Aku tersenyum melihat bibi Khell, ia begitu sopan sedari tadi, padahal aku sudah memberitahu agar dia tidak perlu sesopan itu.

"Tapi bibi, Kakakku dan Tyrion kamarnya dimana?"

Asal kalian tahu, tadi bukannya istirahat mereka berdua memilih jalan jalan mengelilingi istana. Kata Zico ia ingin mencari angin juga. Wajar jika mereka tidak merasa lelah dan mengantuk. Tadi saat di kereta mereka sudah tertidur dua kali.

"Di depan kamar Nona Zani adalah kamar Tyrion, sedangkan di sana kamar anda dan didepannya adalah kamar tuan Zico."

Aku melihat kearah yang ditunjuk oleh bibi Khell, aku berjalan pelan berdiri dihadapan kamar untukku. "Terima kasih sudah mau menunjukkan kami kesini bibi Khell."

Bibi Khell menggeleng, "Anda tidak perlu berterima kasih, ini sudah tugas juga kewajiban yang harus saya kerjakan."

Bibi Khell tersenyum kembali. Membuatku cukup nyaman berada di dekatnya. "Baiklah kalau begitu jika anda membutuhkan sesuatu maka panggil lah pelayan yang ada di depan kamar anda," Ujar bibi Khell.

"Iyya, terima kasih bi."

"Saya permisi."

Bibi Khell membungkuk perlahan lalu berbalik melangkah keluar menuju pintu besar tadi. Aku tersenyum lelah lalu melangkah masuk menyapu pandangan pada seluruh ruangan dengan tenang.

Ini akan menjadi kamar yang akan ku tempati selama beberapa hari ke depan. Semoga saja aku betah. Ruangan kamarnya luas, lebih luas dari kamarku. Ada satu ranjang besar dengan kasur tinggi entah didalamnya diisi apa, ada dua lemari tinggi dengan ukiran rumit di setiap sisinya.

Banyak miniatur bunga di setiap dinding, juga meja yang diisi beberapa buku dan alat tulis. Alat tulis disini masih seperti zaman dulu dengan bulu ayam yang cukup lebar sebagai pena dan mangkok kecil berisi tinta hitam.

Ada cermin besar juga tinggi berdiri menjulang didekat lemari. Juga pintu yang mungkin adalah kamar mandi. Aku berjalan kearah lemari pakaian. Ada tas ransel ku yang disimpan di dekat lemari, isinya masih ada karena ransel itu masih menggembung. Kubuka satu pintu lemari berbahan kayu itu lebar lebar.

Terpampang banyak sekali gaun indah berbagai warna namun hanya warna warna soft. Siapapun yang memilihkan baju untukku ini maka ku pastikan ia sangat tahu seleraku. Tapi siapa orang itu?

Selain dress, di pintu samping ada beberapa mantel tebal juga dalaman, dalaman? Hei dalaman apa ini? Aku tidak bisa menggambarkan lebih, tapi yang pasti ini mungkin dalaman yang biasa dipakai orang zaman dulu.

𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang