"Zani! Dimana kau?!"
"Sysy! Disini!"
Aku menoleh kesamping, memfokuskan penglihatan di kejauhan saat mendengar suara Zani dari sana. Melihat bagaimana dengan santai nya gadis bergaun navy itu duduk di kursi gazebo kecil.
Memakan sesuatu sembari memandang lurus prajurit kerajaan yang tengah berlatih pedang. Ditambah lagi mereka hanya mengenakan celana kain hitam tampa atasan. Mengakibatkan Zani tidak pernah bisa mengalihkan pandangannya dari sana.
Sungguh perempuan satu ini!
Otaknya perlu dibersihkan.
"Zan, ngapain lo disini coba?"
Aku berdiri menjulang didepan Zani, berkacak pinggang agar gadis itu berhenti memandang kearah banyak perut sixpack di sana.
Zani mendongak, "Sy, minggir gak! Pemandangan keren berdamage itu. Gak boleh dilewatin!"
Zani mencoba menepis tubuh juga lenganku. Ku tahan sekuat tenaga, tapi gadis itu masih saja bisa membuatku bergeser kesamping.
"Parah sih, otak lo perlu dicuci. Kotor banget bah."
"Gak ada cuci cuci, otak gue udah berwarna."
Aku kembali menggeleng melihat bagaimana dengan santainya gadis itu berteriak melihat rombongan prajurit itu. Sesekali menggigit buah ditangannya.
Aku melangkah lesu di kursi panjang berdampingan dengan Zani. "Zan, gue kesel!"
"Makan."
"Gue bukan elo, kalo kesel tinggal makan. Kali ini masalahnya bikin pusing."
Zani akhirnya menoleh sebentar, tapi kembali menatap ke depan. "Kenapa? Enggak dimaafin?"
"Dihukum jadi pelayan gue, seminggu."
"Hah?!"
"Mana gue jadi pelayan tugasnya berasa jadi sekertaris. Disuruh ngerjain ini, bantu ini, sediain ini. Belum genap sehari gue jadi babunya dia udah secapek dan se kesel ini."
Aku kembali mengingat bagaimana menyebalkan Kaisar itu, menjadikanku babu hampir setengah hari. Sekarang bahkan sudah mau sore, dan aku tidak sadar gara gara terkurung didalam ruang gelap Kaisar itu.
"Niatnya minta maaf, malah dihukum jadi babu!"
Aku menendang udara kosong di depanku. Menampilkan raut kesal dan lelah. Melakukan pekerjaan pelayan pribadi seakan aku yang bekerja untuk mengurus dokumen kerajaan.
Sangat melelahkan memandang tulisan baru yang bisa membuat sakit mata. Belum lagi ketika aku harus mengikuti di manapun pria itu pergi untuk urusan pekerjaan sekalipun.
"Lo ya, gue capek disuruh suruh. Lo malah asik asik kan nonton disini."
"Ya Allah, Sy. Sahabat lo ini baru pertama kali liat 'abs' secara live! Bukan layar kaca. Masa iyya harus dilewatin gitu aja."
Zani memandangku dramatis, merasa seperti dia begitu beruntung dengan apa yang ia lihat hari ini. "Zan, entah gimana nanti nasib jodoh lo. Ngeliat kelakuan pasangannya kayak gini."
"Sy, kalo lo jadi pelayan pribadi Kaisar topeng itu, artinya lo harus tinggal disini dong? Seminggu gitu?"
Benar juga. Astaga, aku baru memikirkan hal ini. Jika aku menjadi pelayan pribadi pria itu, artinya aku harus ada disini selama seminggu. Aishh, Tuhan. Hidup ku akan dipenuhi rasa lelah sepertinya.
"Huwaaaaaaa, hiks. Huwaaaaaa!!!"
Aku memandang Zani. Mengeluarkan kekesalan dengan tangis. Meski terus ku usap air mata yang turun dengan tangan. Hidupku tersiksa...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎
Fantasy𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 * * * Membantu menemukan penyebab dibalik ditemukannya Dewi dalam keadaan mengenaskan membawaku pada sebuah pengalaman panjang. Awalnya semua biasa saja, kami datang mengucapkan bela sungkawa ke...