ELEVEN

9 3 0
                                    

"Sy, Sysy, bangun." Goyangan pelan di lenganku membuatku terbangun. Aku bergerak pelan mengubah posisiku menjadi telentang. Menormalkan kesadaranku terlebih dahulu sebelum membuka mata. Pohon rimbun menyambut.

Ternyata Zani yang membangunkanku. Aku mencoba bangun untuk duduk. Aku seketika heran saat tidak ada rasa sakit sedikitpun pada kaki kiriku yang sempat lebam kemarin.

"Kaki gue..."

"Kenapa kaki lo? Masih belum bisa lo gerakin?!" Zani bertanya begitu khawatir. Aku justru menggeleng, bukan. Kaki ku terasa biasa saja sekarang.

"Bang Zico!!!" Zani berteriak memanggil Kakak. Kuperhatikan kakak yang masih sibuk menyiapkan sesuatu.

Kakak menoleh cepat lalu berlari kemari. Menatapku khawatir lagi. "Kenapa?" Kakak bertanya cepat saat sudah berjongkok didepanku.

"Enggak kak, tapi kaki Sysy kok kayak biasa aja. Coba kakak cek perbanya." Ucapanku diangguki kakak. Lalu ia berdiri sebentar mengambil alat di tasnya. Lalu kembali kemari.

Mengambil gunting kecil disana lalu memotong sedikit pengait perban. Dan membukanya perlahan.

Tidak ada lebam lagi disana. Hanya kaki putih  dengan sedikit merah di disetiap ujung anak jari.

"Sembuh." Aku bergumam kecil melihat takjub kearah kakiku. Aku sangat tidak menyangka apa yang kun impikan semalam bisa sama dengan kondisi ku sekarang.

"Beneran udah sembuh? Gak sakit lagi kan?" Kini giliran Zani yang menatap takjub kakiku. Ku coba berdiri perlahan saat kakak selesai membuka perban nya. Kakiku sudah bisa digerakkan lagi. Sungguh, kemarin aku sudah sempat berfikir jika kakiku pasti akan butuh waktu cukup lama untuk bisa sembuh.

Tapi ternyata hanya butuh waktu semalam kakiku sudah baik baik saja. "Keren!"

"Ya udah, kalian siap siap, kita mau makan pagi dulu terus lanjut jalan." Kakak ikut berdiri. Membereskan alatnya lalu melangkah pelan menyimpannya kembali ke dalam tas.

Aku juga Zani melangkah pelan ke arah Tyrion didekat api unggun yang sudah padam kemarin. Dia sedang mengunyah sesuatu.

"Pagi." Sapa ku pada Tyrion. Tyrion menoleh lalu memberi senyum tipis.

"Itu buat kalian." Tyrion menunjuk dua potong roti dengan selai kacang sebagai toping. Aku duduk dengan hati hati lalu mengambil roti itu. Mengunyah nya perlahan.

Kak Zico melangkah mendekat, lalu duduk didekatku. Menyodorkan satu botol air padaku. Ku ucapkan terimakasih kasih sebelum mengambilnya.

"Kok gue tadi mimpi tentang ruangan ungu ungu. Itu maksudnya apaan?" Aku menoleh menatap Zani, dia juga bermimpi seperti itu?

"Aku juga, mimpi kita semua lagi diruang ilusi yang dipenuhin warna ungu." Aku menambah apa yang dikatakan Zani.

"Itu bukan mimpi, tapi memang ilusi yang sengaja kita lihat." Tyrion menjawab dengan tenang. Mengambil botol airnya lalu meneguknya sekali.

Jadi memang apa yang kami lihat itu termasuk salah satu perjalanan menuju purple hole.

"Yang kita ketemu sama nenek buyut cantik pas masih muda itu?" Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan kak Zico.

"Terakhir bukannya Sysy dikasih peta atau gulungan gitu ya? Itu dimana sekarang?" Kak Zico kembali bertanya. Memandangku sebentar sebelum beralih menatap Tyrion.

"Di tas Sybil, mungkin."

Aku bergerak membuka tas ransel yang kubawa. Mencari gulungan yang sempat diberikan oleh nenek Hadria padaku sebelum semuanya gelap saat diruang ilusi.

𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang