THIRTEEN

7 3 0
                                    

Memasuki Purple hole dalam keadaan melompat, rasanya seperti menghantamkan diri ke dalam jurang. Angin dengan cepat menghempaskan tubuh. Terlebih saat tubuhku mulai menyentuh cahaya ungu itu. Menenggelamkan diri di sana.

Sensasi dingin juga rasa pusing saat terhisap masuk kedalam. Ku eratkan pelukan pada Kak Zico. Berharap kami mendarat di tempat yang cukup baik agar tidak merasakan sakit nantinya.

Aku jadi berfikir bagaimana kondisi Zani sekarang ini. Zani adalah salah satu dari banyaknya gadis remaja yang menyukai hal hal yang dia baca dalam novel bergenre fantasi.

Hal menakjubkan diluar nalar ini akan mengguncang imajinasinya. Itu yang ia katakan padaku saat pertama kali dengan semangat ingin membantu Dewi.

Gadis itu mengira jika Dewi kemungkinan besar digigit oleh Vampir. Karena memang kondisi Dewi saat ditemukan adalah ciri ciri orang yang sudah dihisap darahnya oleh Vampir. Bekas gigitan di leher lah penguat spekulasi itu.

Tiba tiba saja kepalaku terasa berat, rasanya pusing ketika dibawa berputar oleh purple hole ini. Rasanya ingin mual tapi tertahan di tenggorokan. Sungguh, aku hanya bisa pasrah saat ini. Hingga cahaya hitam merenggut kesadaran ku.

***

Sakit dan pegal.

Rasanya tulang ku remuk seakan habis dipukuli. Aku bergerak pelan mencoba memperbaiki posisiku yang tengah tengkurap di atas sesuatu.

Kubuka mata perlahan merasakan angin berhembus sejuk. Juga sinar matahari sedikit terang. Mataku menyipit karena cukup silau. Menyesuaikan cahaya yang masuk pada netra ku.

Apa sudah sampai ke Euthoria?

Ku perhatikan sekeliling, ada sungai besar berwarna ungu. Heh, ungu? Baru kali ini lagi aku melihat sungai yang berwarna ungu. Bukan hanya itu, pohon pohon indah disini seperti sebuah penggambaran negeri dongeng.

Dimana yang lain? Dengan cepat aku berdiri mengitari sekitar. Ada tas ransel ku yang tergeletak dibawah pohon yang mirip pinus berwarna hijau muda.

Ketika aku berbalik kutemukan mereka semua di sana. Tyrion yang tertindih oleh Zani didekat sungai, bahkan tangan Zani masuk ke dalam sungai. Wajahnya juga mengarah kesana, jika sedikit saja dia bergerak maka pasti dia akan tercebur kedalam sungai ungu itu.

Sedangkan kak Zico, eh bukan kah tadi disana juga tempatku tengkurap? Di atas sesuatu yang empuk dan berbulu. Apa itu hewan besar?

Oh tidak, jika sampai hewan itu terbangun dan ternyata hewan buas, dapat dipastikan kakak tidak akan selamat.

Bagaimana cara membangunkan kakak tanpa harus membuat ia bergerak banyak. Aku memandang was was hewan itu ia juga tengah tertidur.

Aku mendekati Kakak, menepuk pelan bahunya, "Kak, bangun..."

"Heumm."

Kakak bersuara, ku bungkam bibirnya dengan tangan, suaranya bisa membangunkan hewan itu. Apalagi mulut kak Zico mengarah tepat ditelinga hewan yang mirip beruang tapi memiliki tanduk cantik dengan ukuran badan lebih besar dari Kak Zico.

Huft, terpaksa aku harus mengangkatnya sendiri dengan tenagaku yang tidak seberapa ini. Ku tarik nafas pelan, lalu mencoba menarik tangan Kak Zico.

Berat sekali laki laki satu ini. Ohh, Tuhan. Jika saja bukan Kakakku maka aku tidak akan peduli dia diamuk oleh hewan yang ia tempati tidur ini.

𝐏𝐄𝐏𝐑𝐎𝐌𝐄𝐍𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang