Setelah Indonesia merdeka, perusahaan peninggalan Belanda di nasionalkan. Seorang lelaki beristri dua bernama Hartono, mantan tentara nasional, mendapat bagian satu perusahaan itu. Masa kejayaannya begitu menggiurkan. Banyak gadis perawan atau janda yang ia peristri, sehingga anaknya tak hanya selusin, tapi hampir dua lusin.
Di antara semua istrinya, kelak setelah Hartono meninggal dunia, yang berkesempatan menempati rumah besar milik Hartono adalah istri termuda bernama Maria Hartono. Mari Hartono menikahi Hartono dalam keadana masih perawan. Pernikahannya dikaruniai tiga anak, Andi Hartono, Samuel Hartono dan anak bungsunya, sekaligus bungsu di keluarga Hartono, adalah Mira Hartono.
Mira Hartono tampil sebagai gadis yang begitu cantik dan cerdas. Pakaiannya selalu rapi dan paling wangi. Ke mana pun perginya, selalu naik sedan dikawal oleh satu supir dan satu pengawal utusan keluarga Hartono. Di pembagian warisan Hartono setelah kematian kepala keluarga, Mira Hartono dikaruniai bagian terbanyak. Ia seorang anak perempuan saja di keluarga itu, sehingga Hartono begitu menyayanginya melebihi rasa sayang pada anak lelakinya yang berjumlah belasan.
Mira Hartono semakin unggul dengan menjadi juara sekolah. Ketika Mira Hartono masih belia dan papanya masih hidup, lelaki itu selalu mengatakan bahwa Mira Hartono akan dinikahkan dengan seorang lelaki bermartabat anak tentara sahabatnya.
Namun rencana tinggal rencana. Suatu hari Mira Hartono berhenti di masjid untuk menunaikan kewajiban selepas salat Jumat. Ketika itulah, sebuah kisah romansa rumit dan pelik dimulai. Sebuah drama kolosal yang menggemparkan dunia keluarga bisnis dimulai. Kisah cinta antara Mira Hartono dengan seorang pemulung ulung, bernama Lucky Prize, menunjukkan taringnya.
Lucky Prize terlahir sebagai pemulung ulung. Ibunya adalah pemulung setelah bapaknya yang seorang keturunan Belanda meninggal dunia. Ia lahir di tahun 70-an, dan tak pernah berniat mengubah nasibnya yang seorang pemulung sampai beberapa puluh tahun usianya. Baginya itulah nasib terbaik. Nasib yang memang sudah menjadi kutukan untuknya. Kutukan yang akan terus berlangsung selama ia menghasilkan keturunan. Kelak, ia percaya, anak-anakanya akan menjadi pemulung, cucu-cucunya, cicit-cicitnya, canggah-canggahnya, akan menjadi pemulung semua.
Lucky Prize adalah nama wasiat dari bapaknya, yang berarti hadiah keberuntungan. Orang-orang memanggilnya bukan dengan "Laki" melainkan "Luki". Hanya satu gadis yang kemudian selalu memanggilnya "Laki" dan gadis itu kelak juga akan ia peristri, dan membuat ia melanggar sumpah bahwa ia tak akan menikah.
Gadis itu ialah Mira Hartono.
Pemulung tertampan di kota itu adalah Lucky Prize. Ia memiliki mata khas seorang Belanda, berkulit putih tak peduli seberapa lama ia terpanggang matahari, dan suara lembut warisan ibunya yang seorang Jawa.
Mira Hartono menyukai Lucky Prize sebagaimana para gadis lain kadang tak kuasa menolak fakta bahwa tareka menyukai pemulung itu. Namun, tak seorang gadis pun berani hidup susah. Dan Lucky Prize juga tak ada niat untuk menikahi gadis mana pun. Ia tak ingin melanjutkan keturunan sebagai seorang pemulung. Bagian tersembunyi dari dirinya mengatakan bahwa lebih baik mati tanpa keturunan daripada mati meninggalkan anak yang seorang pemulung.
Keteguhan hati Lucky Prize goyah saat Mira Hartono, dengan kecantikan alami dan wajah bersinar, mendatanginya membawa senyuman pemikat. Kisah cinta itu terjalin sebagaimana kisah cinta si miskin dan si kaya biasanya. Lucky Prize, sebagaimanapun berusaha keras menolak Mira Hartono, pada akhirnya menyerah setelah si gadis memberikan bukti cinta terakhirnya.
Itu bukan cinta beda status dan beda kasta pertama di dunia ataupun di Indonesia. Itu terjadi pada awal tahun 1990-an, dan sebelum itu, nenek moyang mereka telah menjalani kisah cinta serupa. Namun, cinta Mira Hartono dan Lucky Prize dikenang banyak orang. Saat itu banyak sekali orang yang membicarakan ketololan maupun ketulusan Mira Hartono.
KAMU SEDANG MEMBACA
All That is Lost Between Us (Selesai)
ChickLitDewangga bisa membaca pikiran orang. Anindhya bisa membaca pikiran Dewangga seorang. Di usia 26 tahun, hidup Anindhya tak lagi semudah ketika ia masih jadi bocah. Ia menyukai Biru dan disukai Satria. Namun di suatu kesempatan, datang Dewangga yang...