"Kamu menang."
Bayangan hitam itu menggumpal di depannya. Aura kegelapan terasa mencekam.
"Kamu telah memenuhi sumpahmu."
"Aku selalu menepati janjiku."
Aku selalu menepati janjiku.
Maria menatap bayangan suaminya. Dia tahu telah sejak lama mantan suaminya menyimpan dendam padanya. Dia pikir sebelumnya, arwah itu tidak akan tega membunuh keluarganya sendiri.
"Kenapa sebenarnya kamu melakukannya?"
"Karena kamu telah berkhianat."
Karena kamu telah berkhianat.
"Aku sudah mengakuinya, dan aku sudah minta maaf untuk itu."
"Ha-ha-ha. Maaf pun tidak cukup menyembuhkan patah hatiku. Kamu telah berkhianat. Berkhianat. Ha-ha-ha."
Ha-ha-ha. Maaf pun tidak cukup menyembuhkan patah hatiku. Kamu telah berkhianat. Berkhianat. Ha-ha-ha.
Maria menatap bayangan hitam itu tanpa ekspresi. "Lalu setelah ini?"
"Setelah ini aku akan membunuh anakmu yang tersisa, Samuel. Ha-ha. Kamu akan sendirian. Sendirian. Ha-ha-ha."
Setelah ini aku akan membunuh anakmu yang tersisa, Samuel. Ha-ha. Kamu akan sendirian. Sendirian. Ha-ha-ha.
"Kamu tidak akan membunuhku?"
"Kamu akan membunuh dirimu sendiri. Ha-ha-ha."
Kamu akan membunuh dirimu sendiri. Ha-ha-ha.
"Kenapa tidak kamu lakukan seperti saat kamu membunuh yang lain?"
"Ya, aku pikir akan membunuh kamu dengan cara yang sama. Tapi aku tidak menemukan pemeran yang tepat untuk membunuh kamu."
Ya, aku pikir akan membunuh kamu dengan cara yang sama. Tapi aku tidak menemukan pemeran yang tepat untuk membunuh kamu.
"Aku percaya." Maria melanjutkan, "Dengan cara apa kamu akan membunuh Sam?"
"Itu rahasiaku, ha-ha-ha."
Itu rahasiaku, ha-ha-ha.
Maria hanya perlu menunggu rahasia itu terbongkar saat mendapat berita Samuel meninggal nantinya. Setelah kematian Biru, putra satu-satunya yang masih hidup itu menjadi sedikit kurang waras. Dia meninggalkan rumah ini tanpa sepeser uang. Tasnya hanya terisi beberapa potong pakaian.
Sebelum itu terjadi, Samuel telah menyaksikan putra semata wayangnya meregang nyawa di ruangan rumah sakit. Lelaki itu sungguh terpukul dengan apa yang dia saksikan. Anaknya menghabisi nyawanya sendiri, dengan alasan telah bosan hidup dengan cara aneh di kelarganya sendiri. Biru berusaha keras melepaskan alat pembantu kehidupannya dan Samuel berusaha menahan itu. Dua menit mereka berdua bertarung di dalam ruangan rumah sakit. Entah kekuatan dari mana, Biru berhasil mendorong Samuel sampai terjerembab ke lantai.
Samuel mencoba memanggil dokter, tetapi ketika dokter datang, Biru telah tewas.
Suhu tubuhnya berubah menjadi dingin. Samuel menyalahkan dirinya sendiri yang tidak becus menjaga anak semata wayangnya, anak yang begitu dikasihi istrinya. Dia tidak tahu bahwa ada roh jahat yang terlibat dalam aksi itu.
"Dewangga juga keturunanku, kenapa tidak kamu bunuh dia juga?"
"Karena Dewangga putra kekasih yang paling aku cintai. Mira, ha-ha-ha."
Karena Dewangga putra kekasih yang paling aku cintai. Mira, ha-ha-ha.
"Tapi Mira adalah anakku."
"Karena aku mencintai Mira. Ha-ha-ha."
Karena aku mencintai Mira. Ha-ha-ha.
Bayangan hitam itu menggumpal dengan tawa yang masih menggelegar di seluruh penjuru ruangan. Ruangan yang putih, tapi adalah ruangan yang sangat gelap. Maria merasa dia diputar-putar dalam ruangan itu. Diputar-putar ... keseimbangannya hilang ... dan dia terjerembab ke lantai yang dingin.
Kini dia hanyalah wanita tua yang sendirian, dan umurnya yang panjang masih tetap berkaitan dengan mantan suaminya. Mantan suaminya, yang ingin dia merasakan hidup sendirian, seperti sekarang.
___ Tamat ___
KAMU SEDANG MEMBACA
All That is Lost Between Us (Selesai)
ChickLitDewangga bisa membaca pikiran orang. Anindhya bisa membaca pikiran Dewangga seorang. Di usia 26 tahun, hidup Anindhya tak lagi semudah ketika ia masih jadi bocah. Ia menyukai Biru dan disukai Satria. Namun di suatu kesempatan, datang Dewangga yang...