Ke-empat // Tentang Jeno - Jaero

166 10 0
                                    

Warning // harsh word

Jeno dan Jaero, kalau kata orang sih mereka udah kayak kembar siam, susah dilepaskan, sekalinya lepas bakalan cari satu sama lain, terutama Jaero yang memang memiliki sifat sedikit manja, padahal Jeno nya cuma ke toilet doang buang hajat. 

Ada yang mau tahu gimana caranya mereka bisa sahabatan? Ah, ceritanya akan aku mulai, jadi, ayo simak ya!

Lee Jeno adalah pemuda berparas tampan kelahiran Korea-Amerika, 23 April 2000, merupakan anak dari pasangan Lee Donghae dan Tiffany Hwang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Jeno adalah pemuda berparas tampan kelahiran Korea-Amerika, 23 April 2000, merupakan anak dari pasangan Lee Donghae dan Tiffany Hwang. Sebenarnya wajar jika Jeno kemudian mengenal Jaero dan bersahabat dekat dengan Jaero mengingat Donghae dan Tiffany adalah sahabat dekat dari Laina Ashilla. 

Sejak masih bayi sudah dikenalkan kepada anak Tiffany dan Donghae yang memang beberapa bulan lebih tua darinya, membuat Jaero sedikit manja kepada Jeno, sama seperti manjanya dia kepada abang kandungnya, Arsyad. 

"Duh, Ro, kenapa kamu dempet banget sih? Sanaan ih!"

Dulu, saat keduanya mulai masuk sekolah, mereka kerap dilihat sebagai pasangan homo hanya karena keduanya selalu bersama dalam keadaan apapun dan di manapun. Ada berbagai macam alasan kenapa mereka bisa selengket itu melebihi lengketnya permen karet yang nempel di rambut. 

Jeno, sahabat Jaero yang memang sepenuhnya pemuda berdarah Korea-Amerika itu tidak bisa berbahasa Indonesia awalnya, fisiknya juga menunjukkan bahwa dirinya berbeda dari kebanyakkan orang di Indonesia. Matanya yang sipit, kulitnya yang sangat putih, membuatnya kerap kali dibully oleh teman-teman di sekolahnya. Saat seperti ini lah, Jaero akan bertindak. Baginya, apapun etnisnya, apapun agamanya, apapun rasnya, bagaimanapun bentuk fisik seseorang, orang itu tetap layak untuk hidup dengan damai dan tenang. Tidak ada yang boleh mengganggu orang-orang khususnya sahabat dan keluarganya. 

"Heh anjing, maju sini lu, beraninya bully orang, kenapa kalau dia sipit terus putih? Lu mau cakep kayak Jeno? Minta Allah sana jangan bisanya bully doang,"

Jaero, sahabat Jeno yang memang orang Indonesia asli pun seringkali dirundung masalah pembully-an. Sikapnya yang memang sedikit manja kepada orang terdekatnya membuat orang lain gemar mengejeknya. Apalagi perangai nakal yang sering ditunjukkan oleh Jaero itu dinilai tidak pantas dengan sikap manjanya. Jaero juga dikenal memiliki paras wajah yang tampan namun bisa cantik dalam satu waktu menjadikan semua orang terpana melihat wajahnya, tidak ada yang salah memang, namun, bagi sebagian orang tetap saja mereka tidak suka dengan kelebihan yang dimiliki Jaero. 

"Kalian iri sama Jaero? Gue heran aja, apa yang mau lu iriin sih dari cowok macem Jaero, mulut manis begini, cakep sih, dia emang sopan sih anaknya. Wajar orang lebih suka Jaero yang udah macem kayak macan beranak daripada lu macem kayak singa ngamuk tapi ga ada apa-apanya,"

Semua orang bisa merasakan hangatnya persahabatan mereka, ketika masalah datang pun, mereka tetap menyelesaikannya dengan baik meski tetap ada bumbu pertengkaran di dalamnya. Semua orang sangat menyukai bagaimana keduanya menguatkan satu sama lain, semua orang senang melihat bagaimana keduanya tetap bersama meski sudah dipisahkan bagaimanapun caranya. 

Karena bagi Jaero, Jeno bukanlah sekadar sahabat untuknya, melainkan seorang abang yang bisa dia jadikan sebagai tumpuan ketika dirinya akan terjatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena bagi Jaero, Jeno bukanlah sekadar sahabat untuknya, melainkan seorang abang yang bisa dia jadikan sebagai tumpuan ketika dirinya akan terjatuh. Baginya, Jeno bukanlah sekadar anak Tiffany dan Donghae, melainkan juga anak dari Laina. Baginya, Jeno bagaikan kembaran beda ibu beda bapak yang dikirimkan Tuhan untuk menemaninya dalam keadaan apapun. Meskipun mereka berbeda agama, ras, etnis, dan suku, bagi Jaero, Jeno tetaplah saudaranya sampai kapanpun. 

Karena bagi Jeno, Jaero bukanlah sekadar anak sahabat orang tuanya, melainkan dia lah orang pertama yang mengulurkan tangan untuk membantunya bangun ketika dia dibully. Baginya, Jaero bukan hanya sekadar sahabat saja, melainkan juga adik baginya, adik yang manis dan ceria meskipun bawel dan galak layaknya macan melahirkan. Karena bagi Jeno, Jaero sudah seperti kembaran yang sengaja diciptakan Tuhan untuk menemaninya dan terus ada untuk memeluknya di kala dirinya sedang lemah dan terjatuh. 

"Jeno tuh siapa lu sih?" 

"Jeno itu keluarga gue, sahabat gue, kembaran gue, abang gue. Jeno itu segalanya buat gue dan hidup gue," 

"Jaero bagi lo tuh apa sih?"

"Jaero itu pahlawan gue, lebay, tapi dia emang kayak gitu. Sahabat, kembaran, adek, keluarga lah buat gue," 


"Sahabat itu seperti mata dan tangan. Mata menangis, tangan mengusap, saat tangan terluka, matapun menangis," 

 Mata menangis, tangan mengusap, saat tangan terluka, matapun menangis," 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arsyad & JaeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang