Warning // harsh word
Si anak tengah alias Jaero atau Ro kini sedang bermalas ria di depan tv di ruang keluarganya mengingat dirinya baru saja terkena skorsing dari sekolah karena telah memukul wajah musuhnya. Ah, ya, Jaero memang sudah nakal sejak dirinya duduk di bangku kelas akhir sekolah menengah pertama. Beruntungnya Jaero mewarisi otak cerdas sang bunda, Laina, karena dirinya bisa tetap bersekolah sampai saat ini walaupun namanya sudah masuk dalam catatan hitam guru konselingnya.
"Ro, kamu nih males-malesan aja, itu kan semangka Bunda, Jaeroooo!!"
"Hehehe, maaf Bunda, aku tuh laper, mau nyemil, adanya semangka,"
"Sana beli cemilan ke luar, Bunda titip yogurt sama es krim stroberi, ya, Ro,"
Jaero segera mengambil uang dari dompet sang bunda dan pergi menggunakan motornya yang memang didapatkannya dari sang nenek karena berhasil meraih juara satu tingkat nasional dalam olimpiade ekonomi. Meskipun begitu, motor tersebut belum bisa dibawanya ke luar kompleks mengingat dirinya masih di bawah umur dan belum mempunyai kartu identitas apapun.
"Yogurt, es krim, punya bunda udah, giliran punya gue," ucap Jaero pelan sambil melihat ke arah rak yang penuh dengan makanan ringan bermicin.
"Jaero? Kok sendirian?"
Jaero hanya terpaku melihat keberadaan ayahnya, Arion Alatas, tidak mengucapkan sepatah katapun, dirinya tahu, di belakang sana, ada seorang perempuan yang dia juga tahu, sosok itu adalah sekretaris ayahnya.
"Ha-hah? Oh, aku beli cemilan sekalian buat bunda. Ayah, ngapain di sini? Ayah kok ga pulang? Ayah ga sayang kami lagi, ya?"
Arion lagi-lagi terdiam mendengar pertanyaan polos dari sang anak kedua, dirinya tahu kalau Jaero bukanlah anak yang bodoh, dirinya tahu, sepolos apapun Jaero, anaknya itu akan tetap menyadari apapun yang terjadi di sekitarnya.
"Ayah sibuk banget, ini aja Ayah baru selesai makan siang. Kamu ga sekolah?"
"Ga, aku diskors, abis mukul orang,"
"Jaero! Ayah ga pernah ajarin kamu untuk kasar sama orang apalagi sampe mukul orang, kamu malu-maluin keluarga Alatas tau ga?!"
Hah, lagi dan lagi, ayahnya itu tidak akan pernah mau memahami kondisi anaknya, tidak akan pernah mau sekadar bertanya dengan lembut alasan anaknya melakukan sesuatu. Ayahnya memang baik, dulu, tapi ayahnya bukan orang yang hangat, Jaero mengakui, dirinya tidak pernah sekalipun bercerita mengenai hari-harinya di sekolah kepada ayahnya.
"Ayah tau, Jaero sama Jeno abis belain bunda, istri ayah. Apa perlu aku ingetin lagi nama istri Ayah? Laina Ashilla, putri satu-satunya dari keluarga Malik, orang terpandang di Indonesia, kalau aja Ayah lupa. Bunda dibilang selingkuh, dibilang adek aku itu anak haram hanya karena mereka ga pernah liat seorang suami menemani istrinya bahkan dalam keadaan sepele sekalipun, mereka ga pernah liat seorang ayah memeluk anak-anaknya. Lalu, kemana Ayah? Ayah masih punya istri, Ayah masih punya dua atau bahkan mau tiga anak. Ayah ngebiarin Bunda nangis, Ayah ngebiarin anak-anaknya terlantar, ga pernah merasakan hangatnya kasih sayang dari ayah. Jadi, wajar aja, kalau aku mukul orang itu, biar mereka tahu, siapa aku, siapa Jeno, siapa Arsyad, dan siapa Bunda Laina. Biar mereka tahu, walaupun ga ada suami dan ayah, kami masih tetap bisa hidup, menguatkan satu sama lain, kami masih bisa bahagia walau tanpa adanya sosok suami dan ayah di samping kami," jawab Jaero sambil mengusap sedikit air matanya yang keluar di sudut mata indahnya.
"Jaero, ya? Hei, kamu ga boleh ngomong gitu ke ayah kamu, dia kan tetap ayah kamu. Oh ya, aku juga akan jadi seorang ibu untuk kamu dan Arsyad, jadi, tolong hormati dan sayangi kami, ya?"
Jaero hanya bisa melongo sesaat mendengar perkataan wanita di depannya ini. Dengan santainya, dirinya memperhatikan penampilan sekretaris ayahnya itu dari atas ke bawah, seakan menilai seberapa pantasnya wanita kurang ajar ini berani menjadi ibu dan menggantikan sosok Laina dalam hidupnya.
"Hah? Lu jadi ibu gua? Hhahahaha, Bang Marko bakalan ketawa sampe ngesot liat tampilan lu yang begini nih jadi ibu gua, hahahha. Maaf, anda tidak usah bermimpi untuk itu semua, karena saya dan Bang Arsyad tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Lu mau ayah gua, ya? Gih ambil, jujur aja, gue lebih baik hidup berempat doang tanpa ada ayah, gue ga bersyukur kalau dapet ayah modelan macem dia, ga sudi,"
Tidak, jangan pernah mengatakan Jaero itu jahat, Jaero itu tidak tau terima kasih, Jaero tidak bersyukur karena masih memiliki orang tua yang lengkap, jangan, jangan mengatakan itu semua. Kadang, ada saat di mana seorang anak perlu mengutarakan perasaan yang selama ini dia pendam, kadang, ada saat di mana seorang anak perlu menjadi seorang yang pemberani untuk menjadi perisai keluarganya dan membela apa yang menurutnya benar.
Dari sini, aku ingin mengutarakan apa yang aku rasakan dari seorang Jaero Abimanyu Malik. Perkataan Jaero tidaklah salah sepenuhnya, aku paham bahwa seorang anak pasti akan merindukan kehadiran ayah dalam keseharian mereka, aku paham bahwa seorang anak harus tetap menyayangi ayahnya tidak peduli bagaimana perangainya. Akan tetapi dari sini, aku ingin mengatakan, tidak ada yang salah dengan membenci seorang ayah, tidak ada yang salah dengan marah kepada seorang ayah. Jaero hanya mengungkapkan apa yang selama ini dirasakan dan dipikirkannya, si anak tengah yang akan berumur 15 tahun itu bahkan sudah sadar sekarang bahwa keluarganya hancur karena perbuatan ayahnya sendiri. Jaero paham bahwa untuk menyatukan kembali keluarganya adalah hal yang mustahil tapi untuk tetap berusaha bersatu tanpa seorang ayah, bukanlah hal yang sulit dilakukan.
Jaero Abimanyu Malik, sama seperti si sulung, Arsyad, cucu kedua keluarga Malik ini juga dikenal berbahaya dalam berpikir maupun mengucap. Tidak ada yang bisa menghentikan dirinya untuk melakukan bagian eksekusi atas pemikiran Arsyad dan tidak ada yang bisa menghentikannya untuk melakukan balas dendam dengan caranya sendiri, sekalipun Arsyad tidak akan pernah tahu.
"Karena Jaero adalah bagian dari keluarga Malik, sudah siap untuk mendampingi sang sulung menjadi panglima perang dalam keluarga kecilnya,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyad & Jaero
Hayran KurguArsyad Kaffa Malik dan Jaero Abimanyu Malik, sepasang kakak adik yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun. Arsyad dengan perangainya yang lembut, dingin, dan sulit disentuh, Jaero dengan perangainya yang meskipun dingin, Ia tetap tersenyum riang kepad...