Ke-dua puluh tiga

59 5 0
                                        

"Jaero, berangkat sama Jeno, ya? Gue mau jemput Ayana dulu, minta beliin nasi kuning dia,"

"Abaaanggg!!!! Jeno udah jalan duluan, mau ketemu siapa ga tau, bareng yaaa?"

Pagi hari yang selalu dibumbui dengan keributan oleh si sulung dan si tengah sedangkan sang adik, Ammar, hanya bisa tertawa dan memakan bubur bayi yang dibuatkan oleh sang bunda dengan lahap. Adrian bahkan harus menutup kupingnya sejenak saat menuruni tangga untuk sarapan bersama keluarga kecilnya itu.

"Jaero berangkat sama Ayah aja, berisik ya kalian pagi-pagi,"

"Hehehe, oke, Ayah!"
"Syad, kamu ga usah beli nasi kuning, Bunda semalem bikin nasi kuning pake ayam goreng sama kentang balado, Ayana suka ga?"
"Pas banget, Bun, dia emang minta beliin lauknya itu, katanya mama Dara lagi pergi,"

Ibu dari pacarnya itu memang menyuruh Arsyad untuk memanggilnya mama karena dirinya sudah begitu yakin kalau anak pertama dari Laina dan Adrian itu akan menjadi menantu bagi anak manjanya, Ayana.

"Oh ya, gimana kabar Arion? Udah lama dia ga muncul, ya? Ayah curiga jadinya,"
"Katanya Lele, itu orang emang mencurigakan, setiap kali kita pergi apalagi pas bawa Ammar, orang itu langsung kayak senyum jahat gitu, ngerti kan, macem pembunuh, penculik, gitu deh,"
"Lele siapa? Ikan lele?" tanya Adrian yang bingung mendengar ucapan si tengah, Jaero.
"Christian Riyoko, Mas. Temennya anak-anak tapi masuk ke gengnya Jaero,"
"Ayah inget ga waktu nikah yang paling berisik waktu keliling itu selain Lucas? Nah itu yang suaranya melengking, bikin kepala pening seketika,"

Adrian menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan dari keluarga kecilnya itu. Namun, dirinya lebih fokus dengan ucapan Jaero yang mengatakan kalau Arion ternyata selama ini memantau keluarganya. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran di benaknya maupun pada diri Laina.

"Ayah sama Bunda tenang aja, kita pasti akan jaga keluarga ini terutama Ammar. Orang brengsek itu ga akan bisa nyentuh apa yang udah kita jaga, kita janji,"
"Hm, ada geng kita juga yang siap jaga keluarga ini. Katanya Ayah sama Bunda itu bagaikan orang tua bagi mereka juga, jadi, kita sebenernya saling jaga keluarga satu sama lain,"
"Ayah percaya sama kalian dan geng kalian. Tapi, Ayah tetap akan meminta bodyguards untuk menjaga kalian terutama Bunda sama Ammar, kita jaga-jaga aja karena baik Ayah ataupun kalian ga bisa selalu jaga Bunda dan Ammar setiap jamnya,"

Di lain tempat, Arion sedang menatap foto sebuah keluarga bahagia yang dipotretnya satu bulan yang lalu. Dirinya hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan terpancar dari wajah mantan istri dan ketiga anaknya. Penyesalan itu memang selalu ada, Arion akui itu, Ia teramat menyesal karena tidak bisa mengubah sifat buruknya dan malah makin memperburuk hubungan keluarga yang dulu dibinanya. Namun sayangnya, penyesalan itu terkalahkan oleh rasa arogan, benci, dan juga dendam yang selama ini sudah tertanam dalam dirinya, terutama melihat bagaimana Arsyad dan Jaero yang selalu menjaga sang bunda serta si bungsu, Ammar.

"Kalian boleh bahagia sekarang, kalian boleh bersenang-senang di atas penyesalan dan rasa dendamku ini. Tapi kalian harus ingat, Arion Alatas tidak akan tinggal diam melihat kalian semua bahagia,"
"Rion! Sudahlah, lupakan saja Laina dan keluarganya, mereka sudah hidup dengan jalan mereka, kamu pun harus begitu,"
"Ga bisa, Kak Wanda, mereka sudah membuatku seperti ini, mereka juga harus merasakan penderitaan yang lebih besar dariku,"
"Kamu yang sudah membuat dirimu sendiri menderita dengan kelakuan kamu itu, Arion Alatas! Mau seberapa menderita lagi kamu? Dengan kamu menyakiti mereka, membuat mereka terluka, kamu juga akan sama terlukanya, Arion. Karena Kakak tau, di dalam hatimu, kamu menyayangi anak-anak kamu, kamu akan jauh terluka karena nantinya anak-anak juga akan terluka, kamu akan jauh menderita karena nantinya kamu yang menjadi penyebab semua penderitaan mereka, Arion!"
"Kak Wanda diam saja! Ini urusanku, jangan menghentikanku atau akan ku buat hidupmu menderita, Wanda Maharani!"
"Tanpa kamu membuatku menderita, hidupku sudah jauh menderita lebih dulu karena kakakmu sendiri, Bara Alatas,"

Sayangnya semua perkataan yang diucapkan kakak iparnya itu tidak ditanggapi dengan serius oleh Arion. Dirinya lebih memilih untuk tetap menjalankan rencananya, yaitu membuat keluarga Laina hancur dan berantakan, tanpa memikirkan konsekuensi yang akan diterimanya nanti. Konsekuensi yang lebih besar daripada jerat hukum, konsekuensi yang akan membuatnya hancur berkeping-keping karena dirinya akan begitu dibenci oleh dunia bahkan oleh kedua anaknya, membuatnya sangat terpuruk karena bahkan di ujung hidupnya, dirinya tetap tidak bisa dimaafkan dan memaafkan dirinya sendiri.

"Aku akan membuat kalian semua hancur tanpa peduli bagaimana perasaanku ataupun anak-anakku. Karena ketika kamu bahagia, Laina, maka saat itu juga kehancuran dan kesedihan sudah menantimu di depan mata,"

Arsyad & JaeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang