Ke-dua puluh sembilan

72 7 0
                                    

Sudah hampir 1 tahun lebih sejak Jaero mengirimi mereka semua surat tapi masih belum ada kabar terbaru darinya bahkan sepertinya pemuda itu begitu apik menyembunyikan identitasnya selama ini. Informasi yang didapat oleh orang suruhan Adrian adalah anaknya kini tengah menempuh pendidikan singkat di universitas, masih dengan jurusan yang sama dengan Jeno, komunikasi.

"Mas, belum ada info apapun tentang Jaero? Aku kangen dia, Mas,"
"Belum ada, Laina. Mas juga bingung harus gimana, Jaero bener-bener lihai nyembunyiin semuanya,"
"Kira-kira Jaero tuh pakai nama siapa ya bisa sampe sembunyi gini dari kita, Bun? Atau dia ga pakai nama Malik ya?"
"Eh? Iya juga ya, Syad, dia mungkin aja cuma pake nama Jaero Abimanyu aja!"
"Mas suruh orang untuk cari anak kita, tenang aja,"

Semua orang memang begitu merindukan sosok Jaero di kehidupan mereka. Lucas bahkan masih mengingat bagaimana hebohnya Jaero memasuki kamarnya dan loncat-loncat hanya karena dirinya berhasil mendapat nilai yang bagus bersama dengan Jeno. Haikal bahkan masih dengan sangat jelas mengingat cara makan Jaero yang terbilang cukup unik ketika mereka semua kumpul di warung kopi dekat kosnya Jauzan.

"Gue rindu Jaero, Jen, lu ga tau dia di mana?"
"Dia kayaknya benci sama gue, Bang, gue udah buat dia pergi,"

Penyesalan itu benar-benar masih ada di dalam diri Jeno, ketika malam tiba, dirinya tiba-tiba menangis ketika melihat fotonya bersama dengan Jaero yang dijadikannya sebagai wallpaper. Ketika malam tiba, dirinya akan ditemani dengan lagu-lagu kesukaan sahabatnya itu bahkan mencoba melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Jaero. Tidak ada yang bisa mengubah suasana hati Jeno kecuali sahabatnya itu datang dan memeluknya secara tiba-tiba, semua orang tahu itu.

"BREAKING NEWS! Seorang pengusaha terkenal dengan inisial AA telah ditangkap di kediamannya atas tuduhan melakukan pembunuhan berencana yang mengakibatkan meninggalnya 1 anak kecil dan 1 remaja di Taman Merpati,"

Kini Adrian tahu di mana anak keduanya itu bersembunyi, kini dirinya tahu mengapa anaknya memilih untuk pergi secara diam-diam dan tidak mau menampakkan dirinya ke hadapan semua orang. Anaknya itu sedang melanjutkan pendidikan singkatnya di universitas ternama di Korea Selatan, negara asal Donghae, tempatnya menggeluti usaha di bidang properti dan makanan. Dibalik semua alasan pendidikannya, anaknya itu ternyata sengaja mengumpulkan semua bukti dan berniat untuk meminta pengacara keluarga Mahendra membantunya dalam menangani kasus ini.

"Pa, i-itu maksudnya Om Arion, kan? Be-berarti Jaero ada di mana?"
"Korea! Adrian barusan ngabarin Papa, anaknya ada di Korea, sengaja minta bantuan pengacara Adrian untuk urus masalah ini,"
"Hiks, Jeno kangen Ro, Pa,"
"Kita semua kangen sama Jaero, Nak. It's okay, maybe he needs more time to meet us again, he also continue his education there, Jen, he'll comeback soon, trust me,"

"Semua orang rindu sama lo, Ro! Sampai saatnya tiba lo balik lagi ke Jakarta, gue di sini juga akan berjuang untuk mendewasakan fisik dan pikiran gue. Karena gue, Arsyad, adalah abang kandung Jaero dan akan selalu melindungi dan menyayangi Jaero,"

Arsyad & JaeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang