Ke-sebelas

76 5 0
                                    

Anindya Reline Maharani atau biasa dipanggil Nindy adalah siswi berparas cantik dan menawan di angkatannya. Mendapat predikat sebagai siswi tercantik seantero sekolah membuatnya merasa di atas awan karena tidak ada yang bisa menandingi kecantikannya. Hal ini membuat Arsyad merasa agak risih karena sejujurnya dirinya menyukai wanita yang apa adanya dan tidak sombong, berbanding terbalik dengan Nindy.

"Nin, kamu tuh cantik tapi jangan gini dong. Inget loh, di atas langit masih ada langit lagi,"

Arsyad ingat sekali dengan ucapannya kala pesta perpisahan SMA dulu, di mana dirinya juga dinobatkan menjadi siswa tertampan seangkatan namun tidak seantero sekolah karena masih ada Altheo yang jauh lebih tampan darinya. Meskipun begitu, dirinya tetap rendah hati dan tidak menggembar-gemborkan predikat itu, tidak seperti pacarnya, Nindy.

"Ekhem! Sekarang apa lagi, Syad? Kamu mau bilang kalau cewek ini cuma orang ga dikenal, gitu?!"
"Loh, emang aku ga kenal, Nindy. Dia cuma adek tingkat aja yang nanya masalah mata kuliah Pak Simon,"
"Bohong! Udah cewek ke berapa sekarang, Syad? Lo juga! Lo udah tau kalau Arsyad cowok gue masih aja lo deketin! Emang ga ada mahasiswa yang lain yang bisa ngajarin lo? Atau lo nya aja yang bego?"
"Anindya! Aku ga suka kamu ngatain orang kayak gitu, Pak Simon sendiri yang suruh aku untuk ajarin dia dan teman-temannya,"

Satu lagi hal yang tidak disukai Arsyad adalah sifat cemburu buta Nindy. Dirinya tidak masalah jika hal yang dicemburui itu masuk di akal, sayangnya, kebanyakkan Nindy justru mencemburui hal-hal tidak berguna yang bahkan sefakultas pun tahu kalau Arsyad memang diminta oleh Pak Simon untuk mengajari adik tingkat dan teman-temannya.

"Jadi, gimana, Syad? Masih bertahan?"
"Kaget Bang, jujur, gue kaget,"
"Ya ampun, Syad, dengerin Altheo bicara, ya! Lu tuh sadar ga sih, kalau lu tuh udah disakitin sama dia? Cemburunya dia, sombongnya dia, lu orang baik, Syad, tapi jangan terlalu baik banget gitu loh,"
"Bang Theo, tapi Nindy pacar gue, gue sayang dia,"
"Bullshit banget, Arsyad. Lu terlalu dibutakan oleh cinta, geli dah gue aslian," jawab Yuandra sambil meminum es teh manis milik Tara.
"Gue juga geli ya anjir, es teh gue lu minum! Tinggal es nya doang lagi, dasar medit banget ga mau beli sendiri,"

Sudah terlalu banyak yang mengatakan hal itu kepadanya. Nindy sudah menyakiti dirinya terlalu dalam, sudah terlalu lama disakiti sampai dirinya sendiri tidak tahu bagaimana rasanya sakit dan luka yang ada di hatinya.

"Jon, gue pusing banget, harus apa gue, Jon?"
"Gue mau jahat nih ya, lu putusin dah si Nindy. Itu cewek bener kata Jaero, udah berasa jadi princess tau ga? Princess aja rendah hati dan tidak sombong, lah ini kebalik. Jangan mau dibutakan sama cinta, Syad, sekali-kali lu harus pake otak juga dalam hubungan. Yang jalanin hubungan ini bukan cuma dia tapi lu juga. Tegas lah sama dia, jangan kasih kendor,"
"Jon, gue pasti bakalan dicap jadi orang jahat kalau gitu,"
"Persetan, Syad! Justru nih ya, satu kampus bakalan bahagia banget kalau lu putus dari si mak lampir. Ga masuk di akal juga kalau dia bahkan ga suka lu nongkrong sama kita. Jangankan sama kita, masa sama adek lu dan Jeno aja dia ga suka sih, apa ga gila itu namanya,"

Ya, Nindy tidak pernah suka dan selalu melarang Arsyad untuk berkumpul bersama sahabatnya bahkan waktu dengan adiknya sendiri seperti dicuri oleh gadis cantik itu. Alasannya? Klise, kata Nindy, sahabat-sahabatnya itu hanya bisa membawa pengaruh buruk bagi Arsyad, sedangkan dirinya tidak mau menjelaskan alasan kenapa Ia selalu mencuri waktu Arsyad agar selalu bersama dia ketimbang dengan keluarganya sendiri.

"Putus ya? Gue bisa aja putusin dia tapi gue harus cari waktu yang tepat atau bahkan alasan yang emang masuk di akal dan dia ga bisa sangkal lagi. Gue juga sekali-kali harus jadi jahat kan untuk kebahagiaan gue sendiri?"

Arsyad & JaeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang